Lee Haesung dan Park Jina terlempar dari restoran tempat mereka makan malam. Jung Ddolmi yang berada tak jauh dari lokasi juga terkejut dan terdiam melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Crane besar berawarna kuning terlihat jatuh menimp apaopun yang ada di bawah. Restoran, rumah, para pedagang kaki lima. Hancur berantakan. Beberapa mobil yang sedang melintas juga terkena imbasnya. Semua panik, berteriak menambah tegang suasana.
Bunyi crane yang terjatuh sudah tak terdengar lagi. Haesung bangun dan melihat sekitar. Suasana kacau. Puing – puing bekas kehancurab bangunan terlihat dimana – mana. Haesung juga melihat beberapa orang terbaring tak berdaya. Jina langsung berusaha membantu beberapa lelaki paruh baya yang terluka. Ddolmi masih terdiam tak tak tahu harus berbuat apa.
Haesung menghampiri Ddolmi dan merebut stetoskop yang tergantung di leher Ddolmi. “ Kau tak takut darah kan ? “ kata Haesung. Ddolmi menggeleng perlahan. Tanpa basa – basi lagi, Haesung langsung member instruksi kepada DDolmi untuk menolong para korban. Kemudian pergi. Ddolmi semakin bingung dengan Haesung.
Sementara itu kapten Choi Sang Ho tengah berjalan di trotoar sepulang dari RS. Mereka terkejut melihat mobil mereka yang keluar markas dalam jumlah banyak dan terlihat buru – buru. Sangho bertanya apa yang terjadi. Anggota 119 yang lain mengatakan bahwa ada bencana di District Younggwang dan telah banyak korban. Sangho dan anggotanya langsung naik ke dalam mobil.
Jina, Haesung dan Ddolmi sibuk merawat para korban yang terluka. Banyak dari mereka yang mengalami patah tulang karena tertiban reruntuhan bangunan dan tak sempat melarikan diri. Bahkan ada satu korban yang mengalami kejadian mengerikan. Dadanya tertembus oleh pipa besi. Namun dia masih sadar dan bertahan. Haesung dan para kru 119 sangat hati – hati untuk menolong orang ini. Sampai akhirnya orang ini berhasil dipindahkan dan dibawa ke RS.
Haesung melihat DDolmi yang sedang menolong korban. DDolmi tanpa sengaja juga melihatt ke Haesung. Haesung tersenyum pada Ddolmi. Namun Ddolmi malah sensi….
Park Gun dan Dr. Han Woo Jin sedang berbincang setelah pertemuan mereka dengan mentri kesehatan. Park Gun mengatakan pada Han Woo Jin bahwa pusat operasi robotnya harus menjadi perhatian dunia dan tak hanya di Korea. Oleh karena itu Woo Jin harus bisa melakukannya dengan baik. Woo Jin berkata bahwa dia akan melakukannya dengan baik.
Lee Woosung tengah berjalan menuyusuri lokasi kejadian. Berkat dirinya, korban laki – laki dan perempuan yang sedang tergeletak tak berdaya. Sang perempuan ditemukan tengah tergeletak di jalan. Di atas tubuhnya terliah tumpukan besi. Sementara sang laki – laki terjun ke dalam lubang beserta dengan mobilnya.
Di saat mereka sedang menolong pasien tsb, Haesung tanpa sengaja menatap wajah Woosung. Begitupun dengan Woosung. Namun di saat keduanya bertatapan, Woosung langsung mengalihkan wajahnya dari Haesung.
Park Ji Na membawa korban wanita yang tertimbun besi tadi ke RS Mirae. Mereka mendapat kabar bahwa RS. Mirae masih memiliki 2 slot kosong untuk pasien.Haesung mengantar kepergian Jin a. Dia minta maaf pada Ji Na bahwa acara perayaan Ji Na keluar RS batal. Jina mengatakan bahwa lain kali dia akan kembali menagihkan hal tsb pada Haesung.
Ddolmi menemukan Haesung yang sedang tertidur pulas di belakang mobil 119. Sepertinya Haesung mengantuk sekali setelah kejadian tsb. Ddolmi menghampiri Haesung. Dia menendang – nendang kecil kaki Haesung. Namun Haesung tak bergerak dari tidurnya. Akhirnya Ddolmi menendang Haesung dengan kencang. Haesung terkejut. Dia gelagapan ( disini Youngkwangie imut banget ). Ddolmi berkata bahwa haesung harus membantunya menolong pasien. Dengan linglung Haesung berkata, “ Huh ? Pasien ? “
Laki – laki tsb bisa dikeluarkan dalam mobil .Namun keadaanya sangat mengkhawatirkan.Haesung menyarankan untuk membawa laki – laki tsb secepatnya ke RS. Namun mobil 119 sedang mengantarkan pasien lain. Dan paling cepat mereka bisa sampai dalam waktu 15 menit. Haesung mengatakan bahwa itu terlalu lama. Ddolmi berkata bahwa dia bisa membantu mengantarkan pasien tsb dengan menggunakan ambulans milik RSnya. Haesung mengulangi pernyataan Ddolmi dengan pertanyaan, “ Ambulanmu ? “ . “ Ya, meskipun ini menyalahi prosedur, namun dokter tetaplah dokter. Aku tak ingin melihat pasien mati di depanku. Tentu saja mereka memberiku ijin menjadi dokter bukan hanya karena mereka bosan kan ? “ . Haesung tersenyum.
Di dalam ambulans Ddolmi berniat untuk menyelamatkan pasien yang ada di depannya. “ Ijin dokterku bukan hanya selembar kertas. Ijin dokterku untuk membuatku menyelamatkan orang. “ batin Jung Ddolmi.
Woosung diminta berjaga di lokasi kejadian hingga semua korban dapat diangkut ke RS. Haesung menemuinya. Woosung yang melihat Haesung langsung terdiam. Haesung membantu Woosung untuk membersihkan beberapa sampah. Woosung terlihat kesal dan berteriak ke Haesung. Haesung yang melihat lelaki di depannya ini marah, hanya berkata, “ Jika kau terlukaa, bagaimana dengan ibu ? “
Haesung berusaha berbicara dengan pelan kepada Woosung, “ Apa yang akan kukatakan pada ibu? Aku tahu ini semua salahku, oleh karena itu mari kita berhenti…” belum selesai Haesung berbicara, Woosung langsung membentaknya dengan keras. “ Kau ini kakak seperti apa ? Berhenti bertindak keren di hadapanku. Ayah meninggal, ibu koma, tidak memiliki keluarga sendiri namun sibuk menyelamatkan nyawa orang lain di beberapa rumah sakit……. “
PLAAAAAKKKK…… Haesung menampar wajah Woosung. Haesung sadar apa yang telah ia lakukan. Ia dan Woosung saling bertatapan . Kemudianmasih dengan wajah kesal, Haesung meninggalkan Woosung.
“ Pengecut “ . Woosung berkata di belakang Haesung. Haesung menghentikan langkahnya. “ Hanya hidup dan memohon kepada Rumah sakit yang sudah membuat ibu seperti itu. Tak mampu berkata apa – apa. Kau sampah. “
Woosung kembali berucap kepada kakaknya. Dokter macam apa dia. Dia yang telah membuat keadaan ibunya seperti sekarang. Pikiran Haesung melayang pada kejadian masa lalu. Disaat ddirinya, ibu dan ayahnya mengalami kecelakaan. Mereka bertiga dilarikan ke RS. Mirae. Ayahnya meninggal. Namu ibunya tak kunjung sadar. Padahal sudah dioperasi. Woosung yang pada saat itu tengah menjalani wajib militer, menananyakan hal ini kepada kakaknya, Haesung. Kemudian Woosung menduga bahwa ibunya mengalami malpraktek yang dilakukan oleh RS. Mirae.
Sementara itu, pasien yang dioperasi oleh Han Woo Jin tampaknya mengalami masalah. Woojin mengatakan mungkin karena pasien ini memiliki diabetes dan darah tinggi. Jadi kesalahan tsb bisa terjadi.
Ternyata RS. Mirae hanya memiliki 1 ruangan ICU yang kosong. Namun korban yang dibawa Jina dan Ddolmi sudah tiba di RS. Jina berkata bahwa mereka sudah dikonfirmasi jika RS. Mirae memiliki 2 tempat yang tersisa. Namun perawat berkata bahwa sudah ada 1 pasien yang mendahului mereka, sehingga saat ini hanya ada 1 kamar tersisa. Han Woo Jin datang dan menananyakan mengapa mereka membutuhkan 2 tempat di ICU. Perawat menjelaskan bahwa ada 2 korban Crane jatuh dan harus mendapatkan pertolongan. Satu wanita yang terluka di bagian perut dan pria yang ginjalnya pecah.
WooJIn memutuskan untuk korban laki – laki dengan ginjal yang pecah harus dipindah ke Rs lain, karena di Mirae hanya tersisa 1 tempat di ICU. Ddolmi berkata bahwa kondisi pasien itu sangat darurat dan tak baik.
Pic
Woojin bertanya, “ kau siapa ? “ . Ddolmi memperkenalkan dirinya. Woojin mengulang nama yang disebut Ddolmi. “ Jung Ddolmi? “ pikirannya melayang di saat dia berfoto dengan wanita yang mirip dengan Ddolmi dan wanita itu menciumnya.
Woojin berkata bahwa Mirae tak bisa menerima pasien ini karena tim urologi sedang tidak ada di tempat. Ddolmi meminta Woojin yang menangani pasien ini. Woojin berkata jika dia melakukannya dengan sembarangan, hal ini akan semakin tidak baik untuk pasien. “ Pergi ke urologist RS lain secepatnya akan membantu menyelamatkannya. “ Jina terlihat gelisah. Dia mengejar Woojin dan terus memohon agar pasien tsb dapat diterima di Mirae. Jina mengklaim bahwa Woojin hanya menghindari pasien yang sakitnya lebih parah. Woojin takut jika pasien tsb hati dan paru – parunya juga rusak. Woojin kembali bertanya pada Jina, apakah pilihannya tsb salah. Apakah dirinya salah jika dia hanya focus pada pasien yang dapat dia tangani dengan baik ? . “ Kau hanya bersikap sepertinya kau berani, namun itu sembrono. “ kata Woojin. Giliran Woojin yang mengkalim bahwa Jina lakukan hanya mempertaruhkan nyawa si pasien .
Jina dan Ddolmi memutuskan untuk membawa pria itu ke RS lain. Tetapi supir ambulan RS Ddolmi menolak karena dia dan Ddolmi harus kembali ke Busan. Jina memohon bantuannya, karena mereka sudah tak punya waktu lagi. Si supir tempat tak ingin membantu. Ddolmi berteriak bahwa tekanan darah pasien terus turun. Jina berteriak dengan suara keras kepada supir ambulan tsb. Akhirnya mereka membawa pasien tsb untuk pindah ke RS lain.
Sementara itu di RS Hangang Mirae. Perawat sedang complain kepada Haesung yang membawa banyak pasien ke RSnya. Haesung mengatakan bahwa mereka dapat mengatasinya dengan baik. Haesung menghampiri seorang wartawan yang juga menjadi salah satu korban dalam peristiwa jatuhnya Crane tsb. Dia adalah Bae Myung Gun dari JBC news. Haesung bertanya mengapa bisa terjadi kejadian seperti ini. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan konstruksi kan ? tanyanya pada si wartawan. Wartawan itu menjawab mungkin saja bisa seperti itu. Namun hingga saat ini masih belum diketahui apa sebabnya. Wartawan memuji Haesung sebagai dokter yang amazing. Bisa menerima pasien banyak tanpa memiliki rung emergency room. Haesung menjawab, jika terdapat dokter, obat serta perawat, maka itu juga bisa disebut emergency room.
Seseorang wanita memanggil nama Lee haesung. Yang dipanggil menoleh dan langsung menghampiri wanita tsb. Dia adala eun So Yool. Sahabat Haesung. So Yool terkejut mengapa Haesung bisa berada di RS tsb. Haesung balik bertanya apa yang dilakukan So Yool disana. So Yool ingin memberikan selamat untuk posisi baik yang di dapatkan Lee HaeSung. Hmm… namun menurutnya mungkin posisi itu salah. Haesung dengan cepat langsung mengambil hadiah dari tangan So Yool dan menempatkan tissue bekas di tangan So Yool. So Yool merasa tingkah Haesung keterlaluan karena dirinya bukan dokter intern lagi. Namun sepertinya, Haesung tidak mendengarkan dan menerima panggilan di telpnya.
Haesung menerima telp dari Ddolmi yang menggunakan ponsel Jina. Ddolmi mengatakan bahwa Mirae tidak bisa melakukan kepada pasien ini. Haesung menanyakan bagaimana dengan RS yang lain. Ddolmi menjawab bahwa semua RS tak available untuk menerima pasien ini. “ Mungkin pasien ini akan mati…..” Jina langsung merebut ponsel tsb dari Ddolmi. Jina mengatakan bahwa kondisi pasien tidak bagus. “ Bawa pasien tsb kemari…” kata Haesung. Park Jina terdiam. Dia berkata bahwa RS tak punya ICU. Bagaimana bisa mereka melakukan operasi di RS yang tidak memiliki ruang ICU ? . Haesung berkata bahwa dia akan melakukan semuanya. Dia berpesan pada Park Jina untuk membawa Ddolmi bersamanya. Lalu Haesung menutup telpnya.
Haesung meminta perawat untuk memanggil ahli anestesi dan menyiapkan ruang operasi untuknya. Ruang ICU yang sudah lama tak digunakan, haesung meminta juga untuk diaktifkan kembali semua alat – alatnya. Perawat berkata pada Haesung bahwa tak mungkin dia akan melakukan operasi di RS itu kan? Perwat berkata juga bahwa mereka tak memilik ruang ICU, tak memiliki dokter dan dokter pembantu yang akan membantu untuk mengawasi ruang ICU, jadi bagaimana bisa …. “ AKU AKAN MELAKUKAN SEMUANYA……!!!!! “ Haesung berkata sangat keras dan mengagetkan semua orang yang ada disana. Termasuk si perawat. Tanpa ba bi bu lagi, perawat langsung menuruti apa yang diperintahkan Haesung. Haesung pun mengajak So Yool untuk bergabung dalam operasi. So Yool menolaknya. Bagaimana bisa seorang Psikiater ikut dalam operasi. “ Bukankan psikiater dokter juga ? “ kata – kata Haesung tsb membuat So Yool terdiam.
Keadaan pasien semakin memburuk. Jina dan Ddolmi berjuang terus untuk membuat si pasien tsb terus bernapas hingga tiba di RS nanti.
be continoue……………….