Park Dongho keluar dari ruang sidang. Tiba – tiba Chae Jin Kyung memanggil namanya. Dia mengatakan bahwa persidangan ini akan berakhir lebih mudah daripada yang ia bayangkan. ” Sidang ini adalah sidang yang penting baginya. Dia mempersiapkan nya selama 4 tahun. ” kata Dongho. Chae Jin Kyung berkata bahwa dia tak tahu sebenarnya Dongho berada di pihak mana. ” Ingatlah satu hal. Bahkan jika ular berbisa kehilangan racunnya, dia hanya akan menjadi cacing tanah yang besar. Dan bisa diartikan bahwa itu tidak ada gunanya. Pikirkan dengan pasti di sisi mana kau berdiri. ” kata Jin Kyung. Kemudian pergi meninggalkan Dongho. Dongho sendiri sedang memikirkan arti perkataan dari Jin Kyung.
Lee In Ah dan Song Jae Ik masih menunggui Jinwoo yang masih terbaring di RS. Tak lama manager Yeon datang. Lee In Ah dan Song Jae Ik menanyakan apa yang terjadi kepada Jinwoo. Manager Yeon menjelaskan bahwa dokter hanya mengatakan Jinwoo kelelahan. Dia sangat amat bekerja keras mempersiapkan persidangan ini sendirian. Tak lama Jinwoo pun sadarkan diri. Dia bangun dari tidurnya perlahan. In Ah menanyakan apakah dia baik – baik saja. Sadar dirinya berada di RS, Jinwoo pun segera melepas selang infus di tangannya. ” Persidangan ini lebih penting daripada diriku sendiri. ” kata Jinwoo di saat In Ah mencoba melarangnya. Jinwoo mengambil coatnya kemudian segera pergi untuk kembali ke persidangan.
Park Dongho telah menunggu Jinwoo diluar. Park Dongho memberikan perhatiannya kepada Jinwoo. Dia mengatakan bahwa walaupun sidang ini penting, tak seharusnya Jinwoo mengabaikan kesehatannya. Jinwoo menyambut perhatian Dongho dengan tidak ramah. ” Aku hanya ingin satu hal. Ayahmu terbukti tak bersalah di persidangan ini. ” kata Dongho. ” Aku ingin tahu apa reaksi Nam Gyu Man jika kau berbicara seperti ini. Kau benar – benar memiliki muka 2 dan 10 mulut.” kata Jinwoo ketus. Dongho tak menanggapinya. Dia hanya berkata dia merasa lega karena Jinwoo tak kenapa – kenapa. Jinwoo pun merasa aneh, mengapa Dongho bersikap seperti itu padanya. Padahal sebelumnya dia selalu pesimis Jinwoo akan memenangkan persidangan ulang ini.
Sidang kembali dilanjutkan. Dengan dokter yang mengatakan kesaksian palsu 4 tahun lalu. Dokter tsb mengatakan bahwa benar, dia sudah berbohong di persidangan 4 tahun lalu. Dia berkata bahwa Jae Hyuk benar – benar memiliki penyakit Alzheimer. Dan Jinwoo tak pernah meminta dirinya untuk mengatakan bahwa ayahnya terkena penyakit Alzheimer. ” Lalu siapa orang di balik ini semua ? Siapa orang yang memintamu untuk melakukan hal tsb? ” kata Jinwoo menyelidik. “. Chae Jin Kyung berusaha menginterupsi pertanyaan Jinwoo. Tapi Jinwoo menyelanya dengan mengatakan bahwa penting mengetahui dalang di balik kasusnya. Akhirnya Kang Suk Gyu yang bertanya. ” Tidak ada….” kata dokter tsb. Jinwoo pun emosi. Dengan sedikit naik nadanya dia mengatakan agar dokter tsb tidak berbohong. Jin Kyung bangun dari kursinya dan mengatakan bahwa kali ini Jinwoo sudah memaksa saksi untuk memberikan jawaban yang Jinwoo inginkan. Kang Suk Gyu memperingatkan Jinwoo. ” Tidak ada orang yang menyuruhku. ” kata dokter itu lagi. Jinwoo menarik napas. Dia tak bisa memaksanya lagi.
Dengan angkuh Nam Gyu Man memasuki rumah sakit Ilho. Langsung menuju ke ruangan dokter. Sang dokter sangat terkejut melihat kedatangan Gyu Man. Sambil merengek minta maaf, dia mengatakan bahwa dia tak membawa – bawa nama Gyu Man. Jadi setidaknya posisi Gyu Man masih aman. Tapi bukan Gyu Man namanya kalo dia bisa mengampuni begitu saja. Sang dokter audah berlutut di bawah kaki Gyu Man. Gyu Man menampar pipi si dokter perlahan seraya berkata, ” Dr. Lee, kau tahu kekuatan sebuah kata – kata? Itu karena kata – kata dapat membunuh atau menyelamatkan orang. Dan kau sepertinya adalah type orang yang membunuh seseorang dengan kata – katamu….” . Dr. Lee masih terus berlutut. Nam Gyu Man mengambil papan nama Dr. Lee dan menjatuhkannya ke lantai hingga hancur berkeping – keping. Ini kelakuan anak laki – laki CEO kaya yang benar – benar tak berprikemanusiaan. Dia meminta Dr. Lee untuk memunguti pecahan papan nama itu dengan menggunakan mulutnya. ” Lakukan itu jika kau ingin dimaafkan. ” kata Gyu Man. Setelah itu Gyu Man pun menelpon Jaksa Chae untuk mengatakan bahwa mereka sudah kehilangan 1 orang yang berpihak pada mereka. Sepertinya Dr. Lee tidak menuruti kehendak dari Gyu Man.
Jinwoo sedang berpikir. Apa maksud sebenarnya dari Park Dongho. Dia teringat di kala Park Dongho selalu memperhatikannya. Menyelamatkan Jinwoo dan bahkan dia menginginkan ayah Jinwoo bebas. ” Menurutmu apa maksud dari Park Dongho? Apakah dia benar ingin berpihak pada kita?” tanya Jinwoo. ” Kita masih belun tahu. Kita masih harus tunggu dan melihatnya. ” kata Manager Yeon. Manager Yeon menanyakan keadaan Jinwoo. Sepertinya ada sesuatu yang mereka berdua sembunyikan tentang kesehatan Jinwoo. ” Masih belum. Seharusnya masih belum ada yang tahu. ” kata Jinwoo.
Jinwoo datang menemui ayahnya. Tak seperti biasanya, kali ini Jae Hyuk mengenali Jinwoo. Jinwoo terkejut, tak percaya. ” Bagaimana mungkin aku tak mengenali wajah anakku sendiri?” kata Jae Hyuk. Jae Hyuk mengatakan bahwa belakangan ini dia bisa mengingat masa lalu. Mereka teringat di saat mereka bernyanyi dan bercanda bersama. Mereka benar – benar merasa bahagia pada saat itu. Baik Jinwoo ataupun JaeHyuk.
Hong Mo Suk datang menemui Lee In Ah. Hong Mo Suk tahu bahwa Lee In Ah telah menyelidiki latar belakangnya. Dengan lantang Lee In Ah mengatakan semua kasus yang sudah di bereskan oleh Hong Mo Suk. Hong Mo Suk sudah membereskan semua kasus yang melibatkan Nam Gyu Man dan keluarga Nam lainnya. ” Lalu ada masalah dengan hal itu?” tanya Mo Suk menantang. In Ah mengatakan bahwa dia akan membongkar semuanya. ” Tapi….kau akan di pindahkan ke Changwon. Sebaiknya kau bergegas pergi…” kata Hong Mo Suk sambil tersenyum licik. In Ah kesal bukan main.
Nam Il Ho mengucapkan terima kasih kepada Jaksa Chae. Jaksa Chae telah melakukan tugasnya dengan baik di persidangan. Nam Gyu Man duduk di sebelah Nam Il Ho. Selesai berbicara dengan Jaksa Chae, Nam Il Ho berkata kepada putranya bahwa dia harus fokus kepada perusahaan. Nam Gyu Man terlihat menurut. ” Kau adalah satu – satunya orang yang dapat mewarisi perusahaan….” kata Nam Il Ho. Gyu Man kaget. ” Lalu bagaimana dengan Yeo Kyung?” Gyu Man merasa bahwa diabakan bersaing dengan Yeo Kyung untuk mendapatkan warisan sang ayah. ” Bagaimanapun juga, laki – laki dan perempuan memiliki tempat yang berbeda. ” kata Il Ho. Gyu Man tersenyum angkuh.
Gyu Man memanggil Seo Beom ke ruangannya. Tak lain dan tak bukan, dia meminta Seo Beom untuk melakukan hal tak terpuji lagi. ” Apa yang kau maksud dengan membersihkan semua?” tanya Seo Beom. ” Apa kau tak mendengar bagaimana testimoni dokter tsb? Kita harus cepat beraksi kepada Gwak Han Soo sebelum dia mengalah kepada Jinwoo. ” kata Gyu Man. Dengan ragu – ragu Seo Beom menjawab.
Sepertinya kedua pihak, Nam Gyu Man dan Seo Jin Woo sedang mengincar Gwak Han Soo. Jaksa Chae Jin Kyung berusaha untuk membuat bukti – bukti yang diserahkan menjadi tidak valid. Jinwoo berkata bahwa satu lagi saksi yang bertanggungjawab di persidangan ayahnya adalah Gwak Han Soo. Jinwoo merasa bahwa Gwak Han Soo juga sedang diincar oleh kubu Nam Gyu Man. Jinwoo meminta pengacara Song mengawasi asisten Ahn Seo Beom.
Gwak Han Soo sekarang sedang menjalani hukuman sebagai polisi lalu lintas. Jinwoo dan pengacara Song mengawasinya dari jauh. ” Apakah kau menyukai mengontrol lalu lintas seperti ini? ” tanya Jinwoo menyindir. Gwak Han Soo menyesal mengapa dia tak menambak Jinwoo dulu. Jinwoo mengatakan kalau Nam Gyu Man akan melimpahkan semua kesalahan kepada Gwak Han Soo. Han Soo terdiam. Nampun nampak jelas di wajahnya bahwa dia sedang cemas. ” Aku akan memberikanmu kesempatan untuk berkata benar….” bisik Jinwoo di telinga Gwak Han Soo.
In Ah mengajukan surat pengunduran diri sebagai jaksa. Hong Mo Suk tak terkejut dengab hal ini. Dia mengatakan bahwa In Ah membuat dirinya sulit. Apakah dengan kondisinya seperti ini, In Ah akan bisa mengendalikan opini masyarakat? . ” Aku tidak bisa bekerja dimana keadilan digunakan untuk kepentingan diri sendiri. Aku tidak berniat untuk menipu masyarakat. Aku mengundurkan diri sebagai seorang jaksa, tapi dapat aku pastikan, kau akan membayar semua untuk kejahatanmu….” kata In Ah. Tentu saja hal ini agak membuat Hong Mo Suk shock. Sesaat setelah In Ah keluar dari ruangannya, Mo Suk menatap surat pengunduran diri In Ah kemudian tertawa licik.
Lee In Ah bertemu dengan jaksa Chae di pintu keluar. In Ah berkata bahwa dia sudah tidak bisa lagi bekerja di tempat seperti itu. ” Apa boleh buat? Kau sudah mengambil keputusan. 1 hal yang perlu kau ingat. Tidak ada dimanapun sesuatu hal yang sempurna. ” kata Jaksa Chae. Jaksa Che melangkah meninggalkan In Ah setelah mengucapkan salam sukses dan In Ah tak menjawabnya.
Lee In Ah pulang ke rumah dan bertemu dengan kedua orang tuanya. Ayah In Ah membantu In Ah untuk membawakan barang bawaannya. In Ah perlahan menceritakan bahwa dia sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya. ” Apa? Apa yang baru saja dia katakan? ” Ibu In Ah nampak tak percaya. ” Jaksa..jaksa yang aku impikan tidak ada….itu tidak seperti yang aku inginkan….” kata In Ah. ” Apa kau bilang? Mimpi? Apa kau pikir kau ini anak – anak? Apa kau oikir orang di luar sana bekerja dan berhenti sesuai dengan apa yang mereka inginkan? ” kata Ibu In Ah terlihat marah. Ibu In Ah meminta In Ah untuk kembali ke kantor dan menarik pengunduran dirinya. Namun In Ah menolak. Mengatakan bahwa ini juga hal yang sulit untuknya. Dia hanya ingin membuat ayah dan ibunya bangga. In Ah masuk ke dalam kamarnya sambil menangis.
In Ah merasa serba salah. Dia tak ingin mengecewakan orang tuanya, namun dia juga tak bisa bekerja di kejaksaan yang tidak sesuai dengan prinsipnya. In Ah menegok ponselnya yang berdering. Seo Jin Woo. Ibu In Ah masuk ke dalam kamar In Ah. Ayah In Ah berusaha menenangkan Ibu In Ah yang sedang terbakar emosi. ” Pergi meminta pekerjaanmu kembali atau keluar dari rumah ini.” kata Ibu In Ah. In Ah bangkit dari kursinya. Tak percaya ibunya mengusirnya. Akhirnya In Ah memilih untuk keluar dari rumah. Ayah In Ah mengejar In Ah sambil terus memanggil nama anaknya tsb.
Seok Joo Il, Park Dongho dan Nam Gyu Man sedang berada di klub dengab ditemani oleh para wanita. Nam Gyu Man mengajak bermain para wanita tsb. Nam Gyu Man meminta menebak apa pekerjaan dari Park DongHo dan Seok Joo Il. Jika para wanita tsb benar menjawab, maka dia tak perlu minum. Seorang wanita salah menebak profesi Park Dongho. Dia mengira Dongho adalah seorang atlit. Wanita itupun harus minum segelas alkohol yang diberikan oleh Gyu Man. Dongho tak menanggapi permainan itu sama sekali. Hanya diam. Aepertinya, pikiran Dongho tak ada di sana saat itu. Tak lama giliran Seok Joo Il. Seorang wanita berhasil menyebutkan profesi Seok Joo Ill sebagai seorang gangster. Sebenarnya Seok Joo Il merasa terhina karena Nam Gyu Man berlaku sesuai kehendaknya. Tapi Seok Joo Il berusaha menahannya dan tersenyum. ” Apa itu terbaca jelas di wajahku? Jika aku seorang gangster?” tanya Seok Joo Il. Seok Joo Il menawarkan menuangkan minuman di gelas Gyu Man. ” Kau lakukan saja itu berdua. Itu tak menarik untukku. ” kata Gyu Man. Gyu Man kemudian melangkah hendak meninggalkan ruangan tsb.
Akhirnya Dongho dan Joo Ill minum bersama. Dongho baru mulai bersuara. Dia mengatakan bahwa orang yang ditabrak oleh ayahnya dulu adalah keluarga Jinwoo. Raut wajah Seo Joo Il tampak sedikit terkejut. Tapi dia berusaha menyembunyikannya. ” Apakah kau tahu mengapa ayahku melakukan hal itu? ” tanya Dongho. ” Dongho…jika aku tahu sesuatu…pasti aku akan memberitahukannya kepadamu. Aku tidak tahu mengapa ayahku melakukan hal itu. ” kata Joo Il. Kemudian Joo Il menanyakan apakah Dongho sudah memikirkan hal yang dibicarakan Joo Ill sebelumnya? Kemanakah dia akan memihak?. ” Aku menjadi anjing pemburu karena kau. Kau mengatakan kepadaku untuk memilih” kata Seo Joo Ill. Joo Ill memegang tangan Dongho. Mengatakan bahwa mereka saling membutuhkan. Jika Joo Ill hidup maka Dongho akan hidup, begitu juga dengan sebaliknya. ” Hyungnim….aku berhutang banyak kepada Jinwoom dan aku akan membayarnya di pengadilan….” kata Dongho mantap. Sepertinya bujukan Joo Ill tak mempan untuk Dongho saat ini.
Lee In Ah bertemu dengan Seo JinWoo. Jinwoo bertanya kepada In Ah apakah benar dia mengundurkan diri sebagai seorang jaksa. In Ah membenarkan dan mengatakan bahwa dia sudah memberikan surat pengunduran dirinya hari itu. In Ah mengatakan bahwa dia melakukan itu semua bukan karena Jinwoo. Sehingga Jinwoo tak perlu merasa bersalah. ” Jinwoo…apakah kau memiliki ruangan extra di kantormu?” tanya In Ah.
Jinwoo dan In Ah menghabiskan malam bersama di kantor Jinwoo. Mereka minum dan ngobrol. Jinwoo menolak ketika dia disodori sekaleng bir oleh In Ah. Jinwoo sudah merasa banyak minum. ” Hya….mengapa kau berhenti minum…aku saja baru memulainya….” kata In Ah. Kemudian Jinwoo mengingatkan In Ah di saat In Ah mabuk dulu. Jinwoo mengatakan kata – kata yang dikeluarkan In Ah disaat dirinya mabuk. In Ah merasa malu. Lalu dengan reflek dia menutup mulut Jinwoo dengan tangannya agar Jinwoo tak menceritakan lebih keadaan dirinya di saat mabuk dulu.
Wajah mereka berdekatan. Mata mereka saling beradu. Lee In Ah dan Seo Jin Woo terdiam sesaat. Mereka saling berpandangan. Sadar akan posisi mereka saat ini, In Ah buru – buru melepaskannya dan segera menjauh dari Jinwoo. Situasinya agak canggung. ” Wuahh….rasanya melegakan di saat kau melepas semuanya….” kata In Ah berusaha mencairkan suasana. ” Kau sudah belajar dengan keras…bekerja dengan keras juga….sangat disesalkan kau berhenti menjadi pengacara..aku minta maaf…” kata Jinwoo. ” Aku ingin membela seseorang yang tidak bersalah seperti ayahmu. Oleh karena itu aku bekerja keras. Aku bahkan datang ke lokasi kriminal sebagai seorang jaksa. Kemudian aku sadar…bahwa kerja keras tak selalu dibayar. ” kata In Ah.
Jinwoo merapihkan tempat tidurnya untuk In Ah. ” Tak perlu memikirkan apapun malam ini….tidurlah dengan nyenyak…” kata Jinwoo. In Ah tersenyum, ” Seo Jin Woo….terima kasih….” .
Seo Jae Hyuk sedang mengerang kesakitan di selnya. Namun tak ada satu orangpun yang peduli. Seo Jae Hyuk memegangi perutnya. Merintih kesakitan meminta tolong. Ada 2 penjaga yang lewat, mereka mendengar erangan Seo Jae Hyuk. Namun mereka berlalu begitu saja, tanpa mengindahkan Jae Hyuk yang kesakitan. Mereka malah menuduh Seo Jae Hyuk berpura – pura.
Keesokan harinya Song Jae Ik dan Manager Yeon terkejut mendapati Jin Woo yang tertidur di kursi sofa. Manager Yeon mengira bahwa Jinwoo pasti telah bekerja sepanjang malam. Lebih terkejut lagi di saat manager Yeon dan pengacara Song melihat In Ah turun dari lantai atas. Song Jae Ik oun menjadi tersipu malu. Dia mengira telah terjadi sesuatu antara In Ah dan Jinwoo. ” Tidaaak….tidak seperti itu….” kata In Ah sambil tersenyum. Jinwoo pun juga tersenyum melihat kelakuan Jae Ik yang salah paham.
Jinwoo, Jae Ik dan Manager Yeon tengah berdiskusi untuk pekerjaan mereka. Mempersiapkan persidangan ulang kasus Seo Jae Hyuk. In Ah merasa tak nyaman hanya berdiam diri saja. ” Aku ingin menjadi bagian dari persidangan ini…” kata In Ah. Ketiganya menoleh ke arah In Ah. ” Bukan sebagai jaksa..tali sebagai pengacara….” kata In Ah lagi. Song Jae Ik pun menggodanya. Mengatakan bahwa In Ah bukan lagi seorang Jaksa melainkan seorang pengacara. Song Jae Ik pun meminta mereka berfoto bersama sebagai acara penyambutan bergabungnya Lee In Ah dengan tim mereka. Mereka mengambil foto bersama. Mereka ber 4 terlihat bahagia. Jinwoo juga. Sekarang dia banyak mengeluarkan senyumnya. Ponsel Jinwoo berdering. Jinwoo mengangkatnya. Terdiam. ” Baiklah…aku segera kesana….” kata Jinwoo bergegas.
Jinwoo melihat ayahnya terbaring tak berdaya. Dengan semua alat rumah sakit terpasang di tubuhnya. Jinwoo terdiam. Tak percaya.
Seok Joo Ill dan Ahn Seo Beom sedang merencanakan sesuatu untuk Gwak Han Soo. Mereka akan menjalankan rencananya di jam 9 malam. Dan mereka akan menjalankannya dengan diam – diam. Tapi di belakangnya ternyata ada pengacara Song yang sedang memata – matai. Dia melaporkan apa yang sudah ia dengar kepada Jinwoo.
In Ah terkejut dengan kedatangan ayahnya di kantor Jinwoo. Mereka berbicara sebagai seorang ayah dan anak. In Ah menanyakan keadaan ibunya. Ayah In Ah mengatakan bahwa itu pasti sangat menyakitkan untuk ibunya. ” Apa kau melakukannya semuanya disini?” tanya ayaj In Ah sambil melihat sekeliling. ” Iya….aku merasa baik disini…” In Ah menjawab sambil tersenyum. ” Ya…aku mempercayai keputusan anakku.” kata ayah In Ah. Ayah In Ah berkata, meskipun dia juga merasa sakit, tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Mungkin In Ah juga merasa lebih khawatir daripada orang tuanya. ” Keputusan ini mungkin juga terasa sulit untukmu…tapi kau harus menjalaninya. Jalani sampai kau tidak menyesal pada akhirnya. ” ayah In Ah tersenyum. In Ah mengangguk, ” Aku akan menjadi anak yang baik untuk ayah….”.
Gwak Han Soo meronta minta di lepaskan. Dia melihat mobil yang remuk perlahan akibat di press oleh sebuah alat. Gwak Han Soo terikat di sebuah mobil. Dia meronta terus saja untuk minta dilepaskan. Tak lama Seok Joo Il datang. Dia keluar dari mobilnya dan melangkah ke arah Gwak Han Soo. Dia terlihat mencibir ke arah Gwak Han Soo dan berkata ke anak buahnya untuk memastikan bahwa tak ada org yang tahu selain mereka. Kemudian Joo Ill meninggalkan tempat itu.
Gwak Han Soo terus meronta. Kipas penjepit mulai bergerak ke arah Han Soo. Perlahan penjepit itu akan mengambil dirinya yang terikat pada sebuah mobil dan langsung di hancurkan. Penjepit itu bergerak ke arah Gwak Han Soo. Teriakan Han Soo makin terdengar keras. Tapi tiba – tiba penjepit itu berhenti tepat di atas Gwak Han Soo.
Jinwoo datang!! Dia merampas mobil yang menggerakkan penjepit itu kemudian memyerang balik anak buah Seok Joo Ill. Song Jae Ik datang dengan membawa mobil. Dia keluar dari mobilnya dan melepaskan ikatan Gwak Han Soo. Setelah seleasai mereka berdua berlari ke arah mobil dan masuk. Akhirnya ketiganya berhasil lolos dengan menggunakan mobil yang dikendarai oleh Jinwoo.
Di tengah perjalanan Gwak Han Soo terlihat menyesal. Dia hampir saja mati konyol jika Jinwoo tak menolongnya. ” Kau benar….Nam Gyu Man si brengsek itu…….” Gwak Han Soo tidak menyelesaikan kata – katanya. Namun sepertinya dia terlihat benar – benar kesal.
Park Dongho datang mengunjungi Seo Jae Hyuk. Tak banyak yang dilakukan oleh Park Dongho. Dia hanya berdiri di tepian tempat tidur sambil menatap Seo Jae Hyuk yang tak berdaya. Dokter memasuki ruangan. Dongho bertanya, mengapa Jae Hyuk penyakitnya bisa menjadi separah itu. Dokter menjelaskan bahwa ini karena Jae Hyuk tidak mendapatkan pengobatan yang baik selama dia di penjara. Penyakitnya sudah menjadi – jadi. Park Dongho mengambil dompetnya. Mengambil semua uang yang ada. Kemudian dia menyerahkannya pada dokter tsb, ” Aku mohon…terima ini. Tolong perbuat apapun untuk membuatnya tetap hidup. Jika kau mau melakukannya, aku akan selalu teringat kebaikanmu. ” kata Dongho. Dokter tsb terkejut karena diberi banyak uang oleh Dongho. ” Baiklah…aku akan melakukan yang terbaik….” dokter kemudian meninggalkan Park Dongho.
” Seo Jae Hyuk….kau harus melihat Jinwoo membuktikan dirimu bahwa kau tidak bersalah. Kau tidak boleh menyerah. ” kata Dongho pada Seo Jae Hyuk yang masih tak sadarkan diri.
Park Dongho bertemu dengan Jinwoo di lorong RS. Dengan ketus Jinwoo bertanya apa yang dilakukan oleh Park Dongho di sana. ” Jinwoo…aku lebih tahu dari siapapun bahwa aku adalah orang yang tak pantas bersedih dalam hal ini. Tapi satu hal yang perlu kau tahu adalah bahwa aku akan membayar semua perbuatan burukku terhadap ayahmu, besok di pengadilan. ” kata Dongho, kemudian pergi. Jinwoo tak mengatakan apapun. Berusaha menebak apa maksud kata – kata dari Park Dongho barusan.
Lee In Ah berusaha untuk mempersiapkan bahan untuk membela Seo Jae Hyuk besok di oengadilan. Dia mempelajari semua berkas – berkas yang ada. Sementara Dongho di kantornya, sedang memandangi cd yang akan dia bawa ke pengadilan besok. Di CD itu terdapat rekaman dimana Gyu Man mengaku bahwa dia adalah pembunuh Oh Jung Ah. Bukti yang seharusnya Dongho keluarkan 4 tahun lalu untuk membela Seo Jae Hyuk. Dia akan membawa itu besok ke pengadilan. Hatinya sudah mantap.
Jinwoo menggenggam tangan ayahnya yang lemah. Menggenggamnya erat – erat. Berharap sang ayah bisa merasakannya. Wajahnya terlihat sangat cemas. ” Ayah…aku akan memenangkan persidangan ini. Tunggulah. Apa kau akan menunggu untuk hal itu?” batin Jinwoo. Dia benar – benar mencemaskan kondisi ayahnya.
Keesokan harinya Park Dongho bergegas menuju persidangan. Asistennya, Sangho berusaha melarang Park Dongho untuk memberikan bukti itu. Dia tahu akan konsekuensinya. Nam Gyu Man tak akan tinggal diam, jika dia tahu Park Dongho menyerahkan bukti tsb untuk membantu Jinwoo. Sangho terua memohon agar Park Dongho tidak berangkat. ” Sangho….lepaskan aku…..” kata Dongho ketika dia memegang tangan Dongho untuk melarangnya. Sangho melepaskan pegangannya. Dongho melangkah pergi. Wajah Sangho terlihat cemas, kemudian dia menghubungi seseorang dengan menggunakan ponselnya.
Gwak Han Soo akan menjadi saksi di persidangan tsb. Sebelum persidangan dimulai dia berbicara dengan Jinwoo. Dia meminta maaf kepada Jinwoo atas apa yang sudah ia lakukan. Gwak Han Soo mengulurkan tangannya. Namun sayang Jinwoo tak menanggapinya. ” Baiklah…kita berbicara nanti setelah persidangan. Aku rasa kau akan merasa lebih baik setelah itu…” kata Han Soo. Di wajahnya terlihat ada penyesalan. ” Aku harap aku juga akan merasa seperti itu nantinya. ” kata Jinwoo.
Hakim Kang Suk Gyu terlihat tergesa – gesa menuju ke suatu tempat dengan menggunakan pakaian hakimnya. Wajahnya terlihat gelisah bercampur marah.
Lee In Ah dan Jinwoo memasuki ruang persidangan. Pengacara Song memberikan semangat kepada mereka. Lee In Ah dan Jaksa Chae saling bertatapan. Mereka menjadi rival sekarang. Jinwoo menatap kursi di sebelahnya. Kosong. Kursi itu seharusnya milik sang ayah. Namun sang ayah saat ini sedang berjuang di RS. Lalu kemudian mereka diminta berdiri karena hakim akan masuk. Jinwoo dan In Ah terkejut karena hakim telah diganti dengan hakim yang lain dan bukan dengan Kang Suk Gyu.
” Jelaskan kepadaku…mengapa aku diganti….” tanya Kang Suk Gyu kepada Ketua Hakim. Ketua Hakim mengatakan bahwa itu terlalu keras jika Suk Gyu menanyakan hal itu. Kang Suk Gyu berkilah bahwa dia tak bisa membiarkan begitu saja dirinya digantikan tanpa tahu sebabnya. ” Karena itu adalah sidang ulangan, daripada hakim muda sepertimu, akan lebih baik jika hakim yang lebih berpengalaman yang menanganinya. ” kata Ketua Hakim. ” Aku juga bisa memberikan keputusan yang adil…” bela Suk Gyu. Namun ketua hakim mengatakan bahwa semua sudah diputuskan. Tak ada yang bisa dirubah dan dia meminta Kang Suk Gyu untuk menangani kasus yang lain.
Lebih parahnya lagi…hakim baru ini menolak rekaman Kim Hyun Ok untuk dijadikan sebagai bukti. Dia berkata bahwa itu bukti yang diragukan kebenarannya. In Ah berkata bahwa bukti iti sudah sah dalam prosesnya. ” Itu disahkan oleh hakim sebelumnya. Karena Hakim diduga memiliki hubungan khusus dengan pembela, maka aku menolak bukti tsb. ” kata Hakim. In Ah mempertanyakan kepada Hakim apa maksud dari ” hubungan khusus ” tsb. Hakim tak menjelaskan. Dia malah mengancam In Ah, jika dia tidak menuruti aturan sidang, dia bisa dilarang untuk mengikuti sidang. Jinwoo merasa pasti ini perbuatan Nam Il Ho lagi. In Ah memandang ke arah Jaksa Chae. Senyum Jaksa Chae menunjukkan kepuasan.
Park Dongho sampai di tempat parkir. Dia keluar dari mobilnya hendak menuju ke ruang sidang. Tak lama beberapa mobil menghampirinya. Keluarlah para pria berbadan tegap. Dongho tahu bahwa ini adalah perbuatan Joo Ill yang mati – matuan melarangnya membantu Jinoo. Dengan alasan hal ini akan mengancam nyawanya. Dongho berkelahi dengan orang – orang tsb. Namun betapapun hebatnya Dongho, dia melawan orang yang jumlahnya tak sedikit. Dongho terpojokkan dan akhirnya berhasil dicegah. Wajahnya babak belur. Seok Joo Ill keluar dari mobil. Menghampiri Dongho, dan mengambil CD tsb. Dongho berteriak memberontak. Namun tak menghasilkan efek apa – apa karena dia dipegang oleh beberapa orang bertubuh besar. Membuatnya tak bisa bergerak. ” CD ini adalah lubang kematianmu. Aku tidak bisa membiarkan kau menggali lubang kematianmu sendiri….” kata Joo Il lalu pergi. ” HYUNGNIM!!!! HYUNGNIIIMMMM!!!! ” Dongho berteriak dan meronta. Namun Joo Ill tak menghiraukannya. Justru yang di dapat oleh Dongho adalah pukulan keras yang mendarat di pipinya berkali – kali.
Gwak Han Soo menjadi saksi di persidangan kali ini. Dia menyatakan bahwa dia yang menangkap dan menjadikan Seo Jae Hyuk seorang tersangka. Alasannya adalah Jae Hyuk memiliki alibi yang tidak sempurna dan kesaksiannya pun diragukan kebenarannya. Dan dia juga menyatakan bahwa dia yang meminta Seo Jae Hyuk untuk menulis surat pernyataan. ” Apakah pada saat itu terjadi pemaksaan?” tanya Jinwoo. ” Tidak……hal itu tidak pernah terjadi. ” raut wajah Jinwoo langsung berubah.
Sebelumnya ternyata Gwak Han Soo sudah bertemu dengan Nam Gyu Man. Nam Gyu Man sudah memprediksi bahwa Jinwoo pasti akan mengawasinya. Maka dari itu Nam Gyu Man meminta Han Soo untuk bersaksi dan kembali menyudutkan Seo Jaa Hyuk. ” Persidangan tsb sudah ada di bawah kendali kita. Yang perlu kau lakukan hanya bersaksi. Buat Jae Hyuk kembali tersudut. ” kata Gyu Man.
Dan itulah yang sekarang dilakukan oleh Gwak Han Soo. Wajahnya tersenyum licik. Jinwoo benar – benar tak memyangka jika detektif Gwak kembali mengkhianatinya.
Dalam kondisi yang berantakan setelah habis dipukuli, Park Dongho melangkah ke ruang persidangan.
Hakim menunjuk Jaksa Chae untuk mengatakan kesimpulan dari persidangannya. Chae Jin Kyung menyatakan bahwa tak ada yang berubah dari 4 tahun lalu. Seo Jin Woo telah menghadirkan saksi dan saksi tsb tetap memberikan keterangan yang menunjukkan bahwa Seo Jae Hyuk adalah pelakunya. Bukti – bukti yang diberikan oleh Jin Woo juga tidak valid. ” Yang mulia….tolong hukum Seo Jae Hyuk seberat – beratnya. Karena itu adalah salah satu cara untuk menegakkan hukum dan meringankan derita korban yang tak bersalah. ” kata Jin Kyung menutup ucapannya.
Giliran Jinwoo yang dipersilahkan untuk mengucapkan kalimat penutupnya. Jinwoo mengemukakan alasan mengapa dia meminta persidangan ulang. Ini semua karena tertuduh mengalami waktu yang berat selama dipenjara 4 tahun. Dia menderita Alzheimer. Dan dia selalu dihantui oleh rasa bersalah yang bahkan tak mampu diingatnya. Dia tak hadir di persidangan ini juga karena sedang sakit. Manager Yeon menelpon. ” Jinwoo….beberapa saat yang lalu….ayahmu…….meninggal….” manajer Yeon menahan air matanya. Jinwoo tak tahu harus bersikap apa. Dia sedang ada di persidangan sekarang.
Persidangan untuk membuktikan bahwa ayahnya tak bersalah. Tapi ayahnya sekarang sudah tiada. In Ah melihat gelagat Jinwoo. Sepertinya dia sudah tahu apa yang terjadi. Hakim menegur Jinwoo agar melanjutkan perkataannya. Jinwoo masih terdiam. In Ah bangkit dan mengatakan bahwa dia yang akan melanjutkan pembacaan kesimpulan. ” Biar aku yang melakukannya…” kata Jinwoo berusaha untuk kuat. In Ah menunjukkan bahwa dia sangat khawatir akan keadaan Jinwoo.
” Tertuduh……ayahku…..dia baru saja meninggal di rumah sakit…..” kata Jinwoo. Air matanya sudah turun. ” Orang dengan kekuatan….bisa dengan mudah membebaskan dirinya…sementara orang tanpa kekuatan, bahkan tidak bisa mendapatkan penanganan yang baik di saat dia sakit dan akhirnya meninggal….” Jinwoo berkata terbata – bata. Emosinya memuncah. Air matanya turun, namun masih berusaha untuk ditahannya. ” Walaupun tertuduh terbukti tidak bersalah…dia tidak bisa kembali lagi…..hanya kebenaran…hanya kebenaran yang bisa menghentikan seseorang dari kematian. ” kata Jinwoo menutup perkataannya. Air matanya terus mengalir. Begitu juga dengan In Ah.
Hakim mengatakan keputusannya. Bahwa hasil sidang ulang itu tak berbeda dari 4 tahun yang lalu. Seo Jae Hyuk divonis hukuman mati. Selesai hakim mengetuk palu, Jinwoo langsung berlari ke RS. Jinwoo tertegun melihat ayahnya yang sudah ditutupi oleh selimut. Di belakangnya menyusul ada In Ah dan juga pengacara Song. Jinwoo membuka selimut ayahnya perlahan. Dia memanggil ayahnya, ” Ayah…….” sekali…..dua kali….tak ada jawaban. Mata ayahnya tertutup rapat. Setelah tak ada jawaban, barulah Jinwoo menangis histeris. Dia berlutut di samping jasad ayahnya. Meronta meminta ayahnya untuk kembali. ” Ayah….kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini……” tangis Jinwoo. In Ah, Song Jae Ik dan Managet Yeon tak kuasa menahan tangis mereka. Jinwoo terus menangis di samping jasad ayahnya. Masih terus berusaha membangunkan ayahnya. Jinwoo bahkan memegang tangan ayahnya erat – erat. Tapi apa daya, Seo Jae Hyuk sudah pergi selama – lamanya. Meninggalkan Jinwoo.
Berita kematian Jae Hyuk pun segera tersebar. Polisi saat ini juga sedang menyelidiki sebab kematian Seo Jae Hyuk yang saat itu berstatus sebagai tahanan. ” Ini adalah waktu yang buruk. Aku tidak dapat menunujukkan betapa bahagianya aku…” kata Gyu Man santai sesaat setelah dia mendengar berita ini. Ahn Seo Beom, yang mendengar perkataan Gyu Man merasa sangat miris. Tapi dia tak punya pilihan lain selain menuruti perintah atasannya yang pemarah itu.
Lee In Ah, Manager Yeon dan Song Jae Ik memberikan penghormatan terakhir mereka di rumah duka. Sedih. Kelam. Karena tak ada satupun orang lain yang datang. Mungkin hal ini dikarenakan Jae Hyuk adalah seorang tahanan atas kasus pembunuhan.
Ironi memang, di saat Jinwoo dan yang lain berduka karena kehilangan Seo Jae Hyuk, orang yang dituduh melakukan pembunuhan. Padahal dia tak melakukannya. Justru pelaku aslinya, Nam Gyu Man sedang sibuk diangkat menjadi President Il Ho Grup. Ilho Insurance sedang mengumumkan bergabungnya perusahaan Insurance lain ke dalam perusahaan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Ilho Grup semaikin berkembang pesat. Makin melebarkan sayapnya kemana – mana. Hari itu juga menjadi hari yang penting bagi Nam Gyu Man. Secara resmi dia diangkat menjadi president Ilho Grup menggantikan ayahnya. Bisa dibayangkan akan menjadi seperti apa, angkuh dan sombongnya Nam Gyu Man.
Di sisi lain, Seok Joo Ill sedang gelisah karena Park Dongho tak nampak di acara tsb. Hal ini tentu saja akan mengundang perhatian Nam Gyu Man. Seok Joo Il berusaha menghubungi Sangho. Sangho pun mengatakan bahwa dia tak tahu Dongho berada di mana. Seok Joo Il memibta Sangho untuk segera membawa Dongho ke pesta tsb.
Sangho sebenarnya berada di samping Dongho. Dongho yang meminta Sangho agar dia tak memberitahu dimana Dongho berada. ” Tak perlu khawatir. Aku akan mengurusnya sendiri…” kata Dongho sambil pergi meninggalkan Sangho yang kebingungan.
Benar saja, Nam Gyu Man sadar akan ketidakhadiran Dongho. Dia bertanya kepada Joo Il dimana Dongho. Joo Ill mengatakan bahwa Dongho sedang dalam perjalanan. Gyu Man mengatakan mengapa dalam acara sepenting ini dia malah tidak datang?. Joo Ill kembali beralasan mengatakan bahwa Park Dongho sedang banyak pekerjaan. ” Banyak pekerjaan? Bukankah dia tak berperan banyak dalam persidangan ulang kemarin? Tolong sampaikan ini kepadanya, Walaupun dia seekor singa, dia akan dimakan oleh Anjing liar di saat dia kehilangan harga dirinya…” kata Gyu Man. Joo Ill pun mengerti apa yang dimaksud oleh Gyu Man.
Dongho datang ke rumah duka. Jinwoo yang melihat pengacara Park datang lansung menyerangnya. Memegang kerah coat Park Dongho. ” Kau telah membunuhnya……kau melakukannya!!!!!! ” Jinwoo histeris. Park Dongho memegang kedua lengan Jinwoo, berkata dengan suara bergetar, ” Jinwoo….aku…minta maaf…..aku benar – benar minta maaf……”. Jinwoo kembali menangis. Dia meletakkan kepalanya di dada Dongho. Seandainya dulu Dongho tidak mengkhianati mereka, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Dongho hanya bisa diam. Menatap ke photo Seo Jae Hyuk. ” Lihat saja…apa yang akan aku lakukan kepadamu….dan lihat nanti seperti apa kau akan berakhir….” kata Jinwoo masih mencengkeram kerah Dongho dengan erat.
Nam Ilho, Nam Gyu Man, Hong Mo Suk dan Chae Jin Kyung duduk bersama. Merka saling memuji satu sama lain. Nam Il Ho memuji kerja keras yang telah dilakukan oleh Hong Mo Suk dan juga Chae Jin Kyung. ” Aku akan berpikir keras bagaimana cara aku membayar kalian….” kata Nam Il Ho. Hong Mo Suk dan Chae Jin Kyung merasa bangga akan hal tsb. Mereka pun bersulang. ” Demi kejayaan dan martabat Ilho Grup yang hebat…” katq Gyu Man. Kemudian mereka berempat meminum wine di gelas mereka masing – masing.
Jinwoo kembali ke rumah tinggalnya dulu. Sepatu ayahnya yang ia tinggalkan di deoan pintu masih terpasang di sana. Dulu sewaktu dia meninggalkan rumah, Jinwoo bertekad bahwa dia akan kembali ke rumah tsb dengan sang ayah. Namun keinginannya itu sirna. Kini, sang ayah sudah tiada dan tak mungkin bisa kembali lagi. Jinwoo membuka kotak barang – barang ayahnya selama di penjara. Dia menemukan beberapa foto dirinya di sana. Ada surat. Jinwoo menemukan selembar kertas yang berisi tulisan tangan ayahnya. Surat itu ditulis Seo Jae Hyuk di dalam penjara. Dengan keadaan menahan sakit, Jae Hyuk menulis surat itu untuk putra kesayangannya. Jinwoo makin terpukul dengan surat ayahnya. ” Meskipun nanti ayahmu ini kehilangan memorynya, kau…akan tetap teringat di hatiku Jinwoo……” kata ayahnya dalam surat tsb. Jinwoo meremas surat dari ayahnya.
Memegangya erat – erat. Wajahnya terlihat serius. Balas dendam. Dia bertekad Nam Gyu Man dan pengikutnya harus membayar apa yang sudah terjadi dengannya saat ini.