Sejak diperkenalkannya imunisasi yang efektif, mulai tahun 1920-an, angka difteri telah menurun secara dramatis. Namun walaupun begitu kita harus waspada karena ternyata di Indonesia, penyakit ini kembali muncul pada tahun 2017. Difteri menyebar di 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi. Serangan difteri ini bahkan sempat ditetapkan statusnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit ini pada umumnya dapat menbawa dampak yang serius pada anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan juga menyerang orang dewasa.
Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri yang mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas. Biasanya, difteri ditandai dengan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, peningkatan suhu, dan kesulitan bernafas. Difteri adalah penyakit fatal dengan tingkat kematian sekitar 5-20%.
Bakteri yang menyebabkan difteri adalah Corynebacterium diphtheriae yang berkembang biak dengan cepat di saluran pernapasan bagian atas yang menyebabkan peradangan. Ada juga beberapa contoh di mana ia dapat menghasilkan racun yang masuk ke aliran darah dan mempengaruhi otak, saraf, dan jantung.
Bersin dan batuk adalah cara paling umum untuk menyebarkan infeksi ini. Seseorang juga dapat tertular penyakit ini jika ia telah melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau dengan sekresi dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi. Difteri paling umum terjadi di lingkungan yang padat dan tidak bersih, orang yang tidak di imunisasi, individu yang kurang gizi, dan daerah epidemi.
Setelah terjangkit difteri, ada beberapa tanda dan gejala yang biasanya muncul. Ini termasuk pucat, detak jantung yang cepat, tekanan darah rendah, sakit tenggorokan, kesulitan bernafas, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, lesu, keluarnya cairan dari hidung, dan rasa sakit saat menelan. Sedangkan untuk anak-anak yang menderita difteri, mereka mungkin mengalami mual, muntah, demam tinggi, dan menggigil. Namun, ada beberapa anak yang tidak menunjukkan tanda dan gejala ini.
Perawatan difteri saat ini melibatkan penggunaan antibiotik untuk membunuh bakteri difteri plus antitoksin untuk menetralisir racun yang dikeluarkan oleh bakteri. Pasien difteri biasanya dirawat dalam isolasi sampai mereka sembuh dan tidak dapat menulari orang lain, biasanya sekitar 48 jam setelah pengobatan antibiotik dimulai.
Cara terbaik untuk mencegah difteri adalah dengan melakukan vaksinasi. Selain itu kita juga bisa menghindari penyakit ini dengan menerapkan gaya hidup sehat. Jangan lupa untuk cara cuci tangan secara teratur setiap habis melakukan kegiatan dan ketika akan makan. Gunakan sabun antiseptik seperti lifebuoy yang mampu membasmi bakteri dan mikro-organisme secara efektif.
Penting juga untuk menjaga tubuh tetap aktif dengan melakukan Olahraga secara teratur. Memerangi infeksi dapat dilakukan jika tubuh sehat dan terpelihara dengan baik. Daya tahan tubuh yang kuat akan mampu memerangi serangan bakteri sehingga kita akan senantiasa sehat.