Film Horor Korea Whispering Coridors pertama kali dirilis pada tahun 1998, pada saat itu tidak banyak yang membayangkan bahwa film ini akan menjadi sebuah franchise yang terus memiliki sekuel bahkan hingga akhir tahun 2021. Film ini seperti membuka cakrawala baru dalam genre film horor Korea.
Whispering Corridors adalah film yang sukses meraih box office dan selain itu juga sukses menjadi media kritik terhadap sistem pendidikan yang dianut Korea Selatan. Film ini berlatar tentang budaya sekolah di Korea yang hanya menekankan nilai bagus dan sangat represif. Persaingan ini melahirkan banyak sekali kasus bullying hingga tekanan mental yang dihadapi para pelajar. Kehidupan dan kesulitan gadis remaja dalam sistem sekolah Korea tersebut kemudian menjadi K-horror klasik yang memorable.
Film-film dalam seri Whispering Corridors tidak berusaha membangkitkan kengerian yang mendalam. Tetapi sebaliknya, film-film itu penuh dengan kesuraman dan kesedihan. Whispering Corridors mengambil pendekatan yang lebih psikologis, dengan perlahan-lahan meningkatkan ketegangan seiring menit berlalu. Sebagai penonton kita seperti dituntun masuk pada suasana hati yang aneh, dan itulah kenapa seri ini bisa tetap bertahan dan populer, meskipun memang ada pasang surut pada beberapa sekuelnya.
Dua film pertama dari seri ini meraih kesuksesan yang tinggi dan dianggap sangat monumental. Selain itu juga telah melambungkan karir dari para pemerannya seperti Choi Kang Hee, Park Jin Hee, Park Ye Jin, Gong Hyo Jin, Kim Min Sun, Song Ji Hyo, Seo Ji Hye, dan Oh Yeon Seo.
1. Whispering Coridor (1998)
Film ini sukses menjadi top box office Korea pada tahun 1998, dan ini terjadi tentu bukan tanpa alasan. Sutradara Park Ki-Hyung sukses mengambil elemen visual yang familiar dari film horor klasik dan merangkainya menjadi film yang menyenangkan untuk ditonton.
Film ini mengambil latar kisah di sekolah menengah khusus perempuan, di mana para siswi diperlakukan berdasarkan nilai dan latar belakang mereka. Ada desas-desus mengatakan bahwa seorang gadis menghantui sekolah perempuan tersebut dan ketika desas-desus itu mulai mereda, seorang guru bunuh diri.
Semuanya tampak sangat mencurigakan dan kemudian lebih banyak orang mulai menghilang dari sekolah. Para siswa panik dan begitu juga para guru, akankah ada yang bisa memecahkan misteri yang terjadi di sekolah mereka, atau akankah mereka semua akan menghilang?
Tagline film ini berbunyi, “Apakah aku masih terlihat seperti temanmu?” Ada adegan yang menjadi sangat populer sehingga hal itu masih diparodikan hingga saat ini. Film ini juga sempat dibuat ulang di Indonesia dengan judul, Sunyi.
Memento Mori (1999)
Memento Mori (Whispering Corridors 2), yang disutradarai oleh Kim Tae Yong dan Min Kyu Dong, dianggap sebagai salah satu karya berkualitas tinggi di antara sekuel lain Whispering Coridors.
Jika prekuelnya mengikuti kebiasan layaknya film horor biasanya, tetapi film ini menghasilkan ketegangan yang unik dengan atmosfernya yang sentimental. Selain itu, film ini juga sangat berani karena menggambarkan hubungan sesama jenis, yang mana sangat tabu pada saat itu.
Sinopsis Memento Mori menceritakan tentang Min-Ah (Kim Gyu-Ri) yang melihat buku harian merah marun di dekat air mancur di sekolah. Dia terlambat ke kelas dan membawa buku harian itu bersamanya. Di kelas, Min-Ah membuka buku harian tersebut dan mengalami halusinasi singkat. Buku harian itu awalnya milik dua gadis yang bersekolah di sekolah yang sama, Hyo-Shin (Park Ye-Jin) dan Si-Eun (Rie Young-Zin). Kedua gadis itu tampaknya memiliki hubungan yang lebih dekat daripada teman baik. Saat Min-Ah tenggelam dalam dunia mereka, bunuh diri terjadi di sekolah. Hyo-Shin melompat dari atap gedung sekolah. Segera, roh Hyo-Shin melepaskan teror yang tak terkendali ke bekas sekolahnya.
Meskipun semua pemerannya memenangkan penghargaan sebagai Aktris Baru Terbaik di Baeksang Arts Awards ke-36, film tersebut gagal menarik banyak penonton. Film ini tidak bisa memenuhi ekspektasi penonton karena mungkin kurangnya adegan horor.
Whispering Coridors 3: Wishing Stairs (2003)
Sebuah film dengan alur cerita yang cukup mencekam. Film ini dibintangi oleh Song Ji Hyo yang kala itu masih seorang aktris pendatang baru. Dan film ini adalah debutnya pertama kali dalam layar lebar.
Wishing Stairs mengisahkan tentang konsekuensi mengerikan dari Jin Sung (Song ji Hyo) dan Hye Joo yang membuat keinginan mereka di tangga yang ada di lingkungan sekolah. Jin Sung adalah siswa balet yang tidak pernah bisa mengalahkan sahabatnya So Hee untuk meraih gelar penari terbaik.
Jin Sung dan So Hee telah menjalin hubungan yang sangat ‘dekat’. Hubungan ini memanas ketika sekolah balet mengadakan kompetisi tahunan untuk melihat siapa yang akan maju ke kompetisi nasional dan memenangkan beasiswa ke sekolah balet Rusia. So Hee yang lebih baik dari 2 temannya sepertinya akan siap untuk menang, ketika menjadi jelas bahwa Jin Sung menjadi semakin cemburu.
Jin Sung kemudian diberitahu oleh Hye Jo, siswi yang dulunya gemuk ini mengungkapkan bahwa dia sekarang kurus dan cantik karena memohon di tangga harapan pada langkah ke-29. Jin Sung kemudian memutuskan untuk mencoba tangga itu sendiri. Ketika langkah ke-29 muncul dia meminta agar bisa memenangkan beasiswa balet itu. Saat So Hee dengan tragis mengalami kematian karena jatuh dari tangga, Jin Sung memenangkan kompetisi balet. Permohonanya terkabul, tetapi kemudian banyak kejadian aneh yang muncul satu persatu.
Film ini tidak dianggap sukses secara cerita karena dinilai tidak mampu menyampaikan kritik sosial dan justru berfokus pada keinginan individu siswa, yang terdistorsi oleh kecemburuan, kekaguman, dan rasa rendah diri.
Whispering Coridors 4: Voice (2005)
Dikenal juga dengan judul Whisper and Voice Letter, film ini mengisahkan tentang Young Eon, seorang siswa SMA pemalu yang meninggal secara misterius saat bernyanyi di ruang musik sekolah. Namun bahkan dalam kematian, suara Young Eon terus terdengar oleh sahabatnya, Sun Min. Meskipun dikejutkan oleh perkembangan supernatural ini, Sun Min beradaptasi dengan cepat dengan situasi dan mencoba mengungkap alasan kematian temannya tersebut.
Tapi keyakinan Sun Min pada sahabatnya yang telah meninggal segera goyah ketika banyak kematian misterius mulai terjadi di sekolah! Apakah pembunuhan ini dilakukan oleh Young Eun? Atau mungkinkah pelakunya adalah seseorang yang jauh lebih jahat?
im Seo Hyung, yang membintangi sekuel keenam baru-baru ini, berperan sebagai guru musik yang penuh minat pada korban. Seperti karya kedua dalam serial Whispering Coridor, film ini juga mengisyaratkan tema queer.
Whispering Coridor 5: A Blood Pledge (2009)
A Blood Pledge menandai ulang tahun kesepuluh dari seri ini. Film ini menampilkan kecenderungan para siswi untuk selalu bergaul dengan kelompok mereka, baik itu dalam perjalanan ke sekolah, belajar, atau kamar mandi. Kengerian dimulai ketika gadis-gadis remaja membuat janji untuk bersama ketika mereka mati.
Pada suatu malam di kapel sekolah menengah, empat siswa membuat perjanjian untuk bunuh diri malam itu. Gadis-gadis itu menandatangani perjanjian dengan darah mereka sendiri dan berjanji bahwa jika ada yang selamat, mereka akan dihantui selama sisa hidup mereka. Kemudian hanya satu dari empat siswa, Eon-ju, yang benar-benar bunuh diri dengan melompat ke kematiannya.
Keesokan harinya desas-desus menyebar di sekitar sekolah mereka tentang alasan mengapa Eon-ju bunuh diri. Tiga gadis yang tersisa menjaga diri mereka sendiri karena mereka dihantui oleh janji mereka dan dengan segera sekolah menjadi berlumuran darah.
Sayangnya, film ini dinilai memiliki alur cerita dan efek horor yang gagal mengimbangi kualitas prekuelnya dalam seri Whispering Coridors.
Whispering Coridors 6: The Humming (2021)
Serial ini kembali ke layar lebar sebagai film ke-6 setelah 12 tahun sejak prekuel terakhir dirilis. Bertentangan dengan prekuelnya, film ini akan berfokus pada seorang guru, bukan siswa.
Eun Hee, kembali ke sekolah menengah tempat ia lulus sebagai wakil kepala sekolah. Ia sama sekali kehilangan ingatan tentang masa lalunya di sekolah ini. Tetapi sejak bekerja disana ia mengalami halusinasi misterius yang pada akhirnya menemukan rahasia sekolah.
Sementara itu, Ha-Young (Kim Hyun-Soo) adalah korban bullying sekolah. Tapi dia malah dicap sebagai pembuat onar di sekolah. Suatu hari, Ha-Young kebetulan pergi ke kamar mandi tertutup di sekolah dan dia mendengar suara hantu. Eun-Hee dan Ha-Young menyadari kejadian aneh di sekolah ini terkait dengan kamar mandi yang tertutup tersebut.
Film ini tidaklah lepas dari kritik, seperti alur ceritanya yang dinilai mengecewakan. Dari sebelumnya mengutuk ketimpangan sosial justru melenceng ke titik yang tampak tidak masuk akal. Akibatnya, film ini gagal menampilkan cerita yang utuh dan jauh dari ekspektasi penonton.
Kesimpulan
Tidak banyak flm korea yang mampu bertahan hingga selama ini seperti seri Whispering Coridor. Dengan lebih dari 23 tahun waktu yang terlewati dan menghasilkan 6 film, jelas pencapaian yang cukup menakjubkan. Terlepas dari kekurangan tiap prekuelnya, Whispering Coridor tetaplah sebuah franchise horor Korea yang asyik untuk ditonton. Akan sangat menyenangkan untuk rewatch seri terdahulunya, karena kita bisa bernostalgia sambil merasakan ketakutan disaat yang sama.