Night in Paradise adalah film mafia korea penuh aksi dan ketegangan yang sangat intens. Tapi selain itu juga menampilkan hubungan melankolis diantara pemerannya dan sedikit humor gelap yang membuatnya terasa sangat memorable. Film ini bagi saya merupakan film korea terbaik 2021 yang sebaiknya juga kamu tonton.
Night in Paradise merupakan hasil kaya dari sutradara Park Hong Jung, ia terkenal sebagai spesialis film-film noir yang gelap dan brutal. Sebelum menjadi sutradara ia adalah penulis skenario untuk film “I Saw the Devil” dan “Unjust”. Ia kemudian melakukan debut sebagai sutradara di film “The Showdown” pada tahun 2011. Setelah itu ia memproduksi film “The Tiger, The Witch: part 1 The Subversion, dan V.I.P” dimana karya-karyanya tersebut meraih banyak popularitas.
Di Night in Paradise ini ia menyajikannya sebagai film thriller tanpa belas kasihan dengan kekerasan intens yang terus ditampilkan. Ini adalah Film Mafia Korea yang segar sekaligus memacu adrenalin penontonnya.
Pemeran Night in Paradise
Night in Paradise menampilkan Uhm Tae Go sebagai Park Tae Gu dan Jeon Yeo Bin sebagai Jae Yeon. Mereka terhitung sebagai aktor dan aktris yang tengah naik daun saat ini. Uhm Tae Go sudah seringkali memerankan diri sebagai mafia, wajahnya yang tanpa ekspresi dengan suaranya yang serak seolah menyempurnakan penampilannya ini.
Sementara Jeon Yo Bin, setelah terlibat dalam drama Vicenzo bersama Song Jong Ki namanya semakin dikenal. Dan di film ini ia berperan sebagai gadis tangguh yang seolah tidak mengenal hari esok karena penyakit yang dideritanya. Keduanya saling mengisi sebagai dua orang yang putus asa dengan keadaan.
Tae GU: Kau baik-baik saja?
Jae Yeon: Aku baik-baik saja, kau?
Tae GU: Apa Aku tampak baik-baik saja dimatamu?
Jae Yeon: Tidak.
Tae GU: Aku benci saat orang-orang menanyaiku itu padahal mereka sudah tau aku tidak baik-baik saja. Tapi, Terimakasih sudah bertanya.
Film Mafia Korea Yang Benar-benar Berbeda
Jika kebanyakan film mafia korea menampilkan stik besi dan pisau, di Night in Paradise kita akan melihat bagaimana darah terciprat karena letusan senjata api. Pistol dengan brutal menghabisi mafia kroco yang seolah tidak ada habisnya. Segalanya menjadi sangat berantakan dengan sangat cepat.
Selain itu, Pulau Jeju yang biasanya digambarkan sebagai pulau yang hangat dan ceria juga dicitrakan begitu gloomy dan suram di film ini. Pohon palem di tepi pantai terasa begitu menyedihkan seiring dua orang putus asa saling mendukung berjuang untuk hidup.
Suram Sedih, Putus Asa dan Nekad
Kisah dimulai dengan tempo yang lambat seolah semua baik-baik saja, namun ternyata itu tidak berlangsung lama karena kita segera melihat tragedi yang menyayat hati. Park Tae-gu adalah ketua kelompok mafia di geng yang dijalankan oleh Ketua Yang seorang pemimpin gansgter yang lemah sehingga harus menanggung penghinaan dari para pemimpin geng lawan. Semntara Tae Gu adalah seorang pemberani yang setia, walaupun bos gangster saingan mencoba untuk merekrutnya namun ia tidak tertarik sama sekali.
Sesaat setelah Tae Gu bertemu ketua Geng Lawan di markasnya, Tae-gu pergi menyambut kakak dan keponakannya di rumah sakit. “Bukankah gangster hanya berkeliaran sepanjang hari?” ejek saudara perempuannya. “Cobalah untuk tidak ditusuk, karena itu akan sangat sakit” kata keponakan kecilnya. Adiknya menyarankan dia mungkin harus berhenti menjadi gangster sehingga dia bisa merawat keponakanya itu setelah dia meninggal.
Saudara perempuannya itu sedang sakit dan membutuhkan transplantasi. Park Tae Gu mengunjungi dokter secara diam-diam untuk melihat apakah dia memenuhi syarat sebagai donor untuk saudara perempuannya itu, namun sayangnya ia sama sekali tidak cocok karena berbeda ayah. Ia sangat menyayangi saudari dan keponakannya yang menggemaskan itu.
Tragedi dimulai dari sini momen melepaskan saudari dan keponakanya naik taksi menjadi saat terkahir bagi Tae Gu melihatnya hidup. Karena saudari dan keponakannya tersebut kemudian terbunuh, mobil mereka ditabrak truk, scene yang familiar di film korea sebagai pembunuhan yang disengaja. Tae Gu patah hati, hancur dan begitu bersedih, ia berniat untuk balas dendam ke pimpinan Doh dari gang Bukseol yang ia kira menjadi dalang dari semua ini. Tae Gu meminta Ketua Yang mengatur untuk bertemu dengan Pimpinan Doh di sauna hotel.
Di ruangan sauna yang mengharuskan mereka telanjang kita melihat Tae-gu adalah mafia dengan tato naga yang sangat besar melingkar di punggungnya. Dia ditanya tentang maksud dan tujuannya meminta bertemu oleh ketua Doh, tapi ia meminta waktu untuk membilas tubuhnya terlebih dulu. Ini adalah alasan agar ia bisa mengambil pisau tajam dari ruangan bilas. Dia kembali ke ruang sauna dan tampa ampun menghabisi semua yang ada disana. Tae-gu melakukan balas dendam yang direncanakan, ia menusuk ketua Doh hingga sekarat. Selepas itu, untuk melarikan diri, dia dengan tenang melalui jendela kecil kemudian pergi dengan mobil yang telah disiapkan.
Karena aksinya tersebut, ia kemudian mengikuti rencana pelarian yang disusun oleh Ketua Yang ke Vladivostok Rusia. Tapi sebelumnya ia harus menuju Pulau Jeju untuk transit. Disana ia akan bersembunyi di persembunyian yang dimiliki oleh penyelundup senjata dan mantan pembunuh bayaran Kuto. Namun tanpa disangka yang menjemputnya di bandara adalah seorang gadis cantik keponakan Kuto bernama Jae Yeon.
Jae Yon sangat jutek dan berbicara dengan blak-blakan. Di suatu pagi ia mengesankan Tae-gu dengan kecakapan menembaknya yang tajam. Tae Gu berpura-pura tidak tahu dan tidak tertarik padanya. Jae Yeon menderita penyakit yang fatal dan selalu bilang “aku akan segera mati.” Di salah satu scene, Kuto berkata sedang mengumpulkan uang untuk membawa keponakannya tersebut ke Amerika untuk berobat.
Di sisi lain, Direktur Ma yang diperankan oleh Cha Seung-Won dari gang Bukseol yang kejam mengejar Tae Gu. Ia menginginkan pembalasan setimpal dari aksinya. Ketua Yang yang tidak kompeten dengan bodohnya melancarkan perang geng besar yang tidak bisa dimenangkannya. Demi keselamatan dirinya Ia menginginkan gencatan senjata, menghubungi Kapten Park untuk menengahi.
Mereka akhirnya bertemu, di sela-sela makan Jajangmyeon hadir direktur Ma (Cha Seung-won), dengan gaya rambutnya yang berminyak disisir ke belakang gaya 80-an memancarkan pesona sebagai gangster yang kejam. Ma mengancam Yang karena mencoba membunuh bosnya, Doh, yang bagaimanapun juga tidak mati dan berada di rumah sakit. Yang ketakutan. Untuk menyelamatkan dirinya sendiri, ia dengan licik menyalahkan Tae-gu dan menawarkan untuk menjebaknya untuk dibunuh.
Paruh terakhir film berlangsung di pulau Jeju, banyak pertumpahan darah yang terjadi. Ada satu pengejaran menakjubkan yang dimulai dengan berjalan kaki di bandara, mengebut di jalan bebas hambatan kemudian tabrakan mobil di sepanjang jalan. Hingga pertarungan yang tidak seimbang kala mobil Tae Gu terhambat, para gangster kroco mengerubutinya untuk pertarungan jarak dekat. Ketika itu penonton mungkin akan menebak, inilah akhir pelarian Tae Gu, membawanya keluar dari mobil hanyalah soal waktu. Tapi dengan dramatis ia masih bisa lolos.
Night in Paradise Film Mafia Korea yang Layak Ditonton
Penggambaran kisah di Night in Paradise tidak pernah mencoba untuk mengagungkan dunia mafia. Sebaliknya, film ini berfokus pada realitas suram, di mana kekerasan sangat brutal dan semua tindakan memiliki konsekuensi yang sangat nyata. Pada awal film, saudara perempuan Tae-gu menegurnya karena terlihat begitu “kurus”, mengisyaratkan bahwa pekerjaannya sebagai mafia tidak semudah yang dikira.
Sepanjang film berlangsung kita sama sekali tidak melihat ada campur tangan polisi sebagai institusi penegak hukum. Kita justru melihat bagaimana kapten Park yang korup mengambil keuntungan dari mafia-mafia ini. Selain itu betapa licik dan pengecutnya Ketua Yang merupakan jenis manusia yang benar-benar jahat yang mungkin juga ada di sekitar kita.
Film dengan durasi 132 menit ini sangat rekomended ditonton bagi kamu yang memang menyukai jenis film noir. Tidak semata tentang kekerasan dan brutalitas, film ini juga menampilkan interaksi yang manis antara Tae Gu dan Jae Yeon.
Spoiler Alert, Ending Night in Paradise
Jangan lanjutkan membaca jika kamu tidak menyukai spoiler, tapi jika kamu sudah menontonnya mungkin kamu akan tertarik untuk berdiskusi tentang endingnya yang cukup mengejutkan.
Endingnya terasa seperti festival yang begitu meriah, mengakhiri semuanya tanpa ampun! Rasa sakit ketika adegan Tae Gu disiksa sedemikian rupa terasa menemukan pelampiasannya di adegan akhir ini. Jae Yeon dengan dingin menghabisi gansgter tersebut dengan mudah layaknya menindas kecoak! “Tidak apa-apa, aku tidak peduli, aku akan segera mati.”
Kemampuan menembaknya yang terukur bukan lawan gansgter kroco yang bermodal otot. Darah berhamburan, tubuh-tubuh terhentak saat pistol diletuskan. Momen makan pagi gangster tersebut jadi saat terakhir bagi mereka melihat dunia. Ketua Yang dengan menjijikan menutup pintu meninggalkan direktur Ma diluar. Dan kemudian di akhir hidupnya masih merasa bisa menjlat dengan berkata “tunggu sebentar, kita bisa bicara“. Tanpa ampun, Jae Yeon menembak semuanya.
Setelah tuntas, Jae Yeon dengan dingin pergi dari restoran tersebut menuju ke tepi pantai. Disana dengan headset terpasang dan pistol ditangannya, ia mengakhiri hidup. Sirine polisi terdengar dibelakangnya.
Biasanya saya akan sangat kecewa jika sebuah film diakhiri dengan pemeran utama mati begitu saja. Tetapi pengecualian terjadi di film ini, saya merasa maklum dan merelakan. Bagi Jae Yeon yang sudah kehilangan semuanya juga kondisi kesehatannya, mati bukanlah hal yang ditakutkan. Daripada ia hidup dan menanggung perih setelah semua yang terjadi ia memilih untuk pergi lebih cepat.