The Swordsman adalah film aksi korea dengan ketegangan yang intens. Sebelumnya ada sejumlah film Korea berlatar sejarah yang mencoba memasukkan unsur seni bela diri dan pertarungan pedang seperti Shadowless Sword (2005), The Sword with No Name (2009), dan Memories of the Sword (2015). Film-film tersebut meski memiliki visual yang memukau, tetapi terasa lebih kuat kisah dramanya daripada sebagai film aksi dengan perkelahian yang brutal. The Swordsman (2020) adalah Film Korea dengan perpaduan yang tepat antara aksi pertarungan pedang yang brutal, perkelahian jarak dekat dan kisahnya yang apik sehingga akan memuaskan penggemar film aksi klasik.
The Swordsman lebih condong sebagai film seni bela diri yang mengutamakan aksi dan pertarungan daripada plot yang dapat diprediksi. Cerita bergerak dengan kecepatan yang tepat sehingga mampu mengemas urutan aksi yang luar biasa. Tidak ada kisah picisan atau adegan perkelahian serampangan yang berlebihan, penonton langsung dihadapkan kedalam kisah yang intens dan mendebarkan.
The Swordsman diproduksi sekitar tahun 2017, ada jeda hampir 3 tahun sampai perilisannya di tahun 2020 ini. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Choi Jae-Hoon sebagai proyek debutnya, walaupun begitu ia benar-benar tahu cara membuat film yang bagus.
Plot Film The Swordsman
The Swordsman mengambil latar kisah jaman Joseon. Setelah kudeta untuk menggulingkan raja, pendekar pedang terbaik Joseon dan pengawal setia mantan raja, Tae-yul (Jang Hyuk), meninggalkan posisinya untuk memulai kehidupan baru dalam kesunyian yang tenang di pedesaan. Tae-Yul adalah orang yang sedikit bicara tetapi memiliki karakter yang kuat.
Ia adalah seorang pejuang yang melepaskan pedangnya karena masa lalu yang menyakitkan. Pada awalnya ia melawan musuh dengan tongkat, menggagalkan penjahat tanpa menghunus pedangnya dan hanya menatap mereka, membuktikan keterampilannya sebagai seorang pejuang yang memiliki belas kasih. Jika memungkinkan ia lebih suka menghindari perkelahian, bahkan pada suatu waktu bersedia berlutut demi keselamatan putrinya.
Minhyuk BTOB memerankan Tae-Yul muda, ia menjadi pendekar pedang yang tangguh. The Swordsman menandai debutnya di layar lebar, dan di sini, MinHyuk memamerkan kemampuan aktingnya dengan ekspresi wajah yang kuat, gerakan yang cepat, dan tatapan yang intens.
Tae-Yul memiliki ikatan kuat dengan putrinya yang ceria, Tae-Ok diperankan oleh Kim Hyun-Soo. Dia sangat peduli pada ayahnya dan menghormatinya. Melalui Tae-Ok, film ini terkadang memberikan kita jeda dari aksi dan membuka sisi dramanya dengan petualangannya menuruni gunung dan bermain-main di jalanan pasar yang penuh warna.
Bertahun-tahun kemudian, Tae-yul mulai kehilangan penglihatan yang akut sehingga dia dan putrinya Tae-ok (Kim Hyun-su) mulai mencari pengobatan di sebuah desa. Di sana, mereka bertemu dengan sekelompok gerombolan penjahat tanpa belas kasih yang berasal dari Chung-nara (Dinasti Qing). Mereka meneror penduduk desa Joseon dengan uang tebusan untuk istri dan anak perempuan mereka yang diculik untuk dikirim sebagai hadiah ke kekaisaran Qing.
Tidak seperti Tae-Yul, Gurutai adalah seorang yang bengis dan banyak bicara. Joe Taslim, seorang aktor dari Indonesia tampil mengesankan. Ia mampu mengucapkan dan menyampaikan setiap kata tanpa tersendat-sendat dan bahkan berhasil memasukan intonasi yang pas. Terlebih lagi, ini pertama kalinya ia melakukan aksi dengan pedang, namun mampu mengeksekusi gerakan dengan sempurna dan menunjukkan kehebatan seni bela dirinya yang sebenarnya.
Gurutai Memimpin trio bandit kejam dan sekelompok bandit, mereka meneror desa Joseon dengan penculikan budak dan petugas keamanan Joseon tidak punya pilihan selain menutup mata karena takut tindakan balasan dinasti Qing. Trio bandit menyerbu dengan brutal, mereka melakukan pemukulan tanpa ampun terhadap penduduk desa yang tidak berdaya dengan biadab. Tae-Yul yang tadinya ingin hidup tenang, terpaksa harus menggunakan pedangnya kembali untuk menyelamatkan putrinya yang terjebak dalam perdagangan budak. Ia kembali bertarung dengan kejam dan melibas semua penjahat tanpa ampun.
Pertarungan Pendekar Pedang Setengah Buta Jang Hyuk & Joe Taslim
Aksi pertarungan mencapai klimaksnya ketika Tae-Yul memasuki ke kediaman Lee Mok-Yo (seorang bangsawan yang tidak bermoral yang diperankan oleh Choi Jin-Ho), disana ia menghadapi gelombang tak berujung pasukan Gurutai. Hanya dengan pedang, ia mampu melumpuhkan sekelompok pembunuh bertopeng seperti ninja. Di tengah semua aksi di The Swordsman, kita melihat tensi yang meningkat hingga pertarungan terakhir ketika Tae-Yul berhadapan dengan Gurutai. Benar-benar menegangkan melihat tebasan pedang yang intens dari dua orang yang memiliki keterampilan pedang terbaik. Saking serunya, kita akan merasa adegan pertarungan ini seolah-olah berakhir terlalu cepat dan ingin melihat lebih banyak pertarungan lagi diantara keduanya.
Tae-yul (Jang Hyuk) memakai pedang yang menyerupai tongkat kayu sederhana yang dirancang secara unik untuk melawan musuh dengan cara yang tidak mematikan. Tetapi ketika terhunus ini adalah pedang bermata dua yang sangat berbahaya, pedang ini ia dapatkan dari Seung-ho (Jung Man-sik). Panjangnya sedang dan bercabang di ujungnya, memungkinkan dia untuk secara efektif melumpuhkan lawannya dan lincah untuk menangkis, dan menebas musuh yang datang tanpa henti. Senjata ini mencerminkan bagian dari jiwa Tae-yul yang ditempa dalam bayang-bayang kekalahan yang tidak pernah bisa dia lupakan selama bertahun-tahun yang lalu. Saat berkomitmen untuk hidup damai dengan putrinya, dia tidak ingin lagi kekerasan dan bertarung dengan sarung pedang.
The Swordsman, Film yang Hebat
The Swordsman adalah film yang mampu menyajikan sisi drama sejarah dan aksi seni bela diri dalam komposisi yang pas. Nyaris tidak pernah ada momen yang membosankan di The Swordsman. Pada paruh pertama ada nuansa hangat dan menghibur yang didedikasikan untuk membangun karakter protagonisnya. Selanjutnya, pertarungan pedang dan seni bela diri klasik mulai hadir dan akhirnya mengambil alih The Swordsman saat para penjahat mengusik ketentraman. Tindakan kejam mereka memaksa Tae-yul untuk menghunus pedangnya untuk melawan. Ini menciptakan serangkaian adegan aksi dan pertarungan epik yang berujung pada pertarungan terakhir yang menegangkan.
Selain itu, selain dari koreografi pertarungannya yang epik, film ini juga memperhatikan detailnya dengan cermat. Desain kostum untuk karakter utama tampak sederhana namun efektif dalam menggambarkan kepribadian dan status mereka. Bahkan riasannya sangat bagus dan konsisten, memberikan perhatian khusus pada luka menjadikannya terasa realistis.