Seorang pengacara tengah berdiri di pengadilan dan terlihat serius dalam membela kliennya. Dia terlihat sangat santai tapi tetap bersungguh – sungguh menjalankan tugasnya. Di belakangnya ada sebuah anak kecil yang sedang berusaha membuka kantong cemilannya. Entah karena terlalu keras membukanya, cookie di dalamnya terjatuh. Hal ini sedikit mengalihkan perhatian si pengacara. Kemudian dengan segera pengacara menutup statementnya kepada hakim. Si pengacara mengambil tasnya kemudian melangkah hendak keluar ruang sidang. Namun di depan anak kecil dan orang tuanya, pengacara membungkuk memberikan salam, ternyata selain itu dia juga mengambil cookie anak itu. Si anak berharap bahwa ajuhsi di depannya akan mengembalikan cookie itu kepadanya. Namun yang terjadi adalah, si pengacara meniup cookie tsb dan memakannya sambil tersenyum memandang si anak kecil. Semua yang hadir di ruang sidang terkejut dengan kelakuan ai pengacara. Anak kecil tsb pun sedih karena cookienya dimakan.
Dengan menggunakan training belel, sendal jepit dan celana training yang diangkat hingga betisnya, lelaki itu menatap kertas di tangannya. Nampaknya dia tengah mencari alamat. Sementara itu ada seorang wanita dengan potongan rambut bob. Dengan poni rata sedang membawa keluar pot bunga ke halaman rumah atap. Tibalah lelaki itu di gedung yang dimaksud. Dia tak langsung menuju kesana melainkan masuk dulu ke mini market yang ada di gedung bawahnya. Pot bunga yang dibawa oleh gadis itu, diletakkan bersamaan dengan pot bunga yang serupa. Sebenarnya itu adalah hadiah yang dia beli untuk diberikan kepada senior dan junior nya sebagai hadiah pernikahan mereka. Namun gadis tab tak memiliki keberanian untuk menemui teman – temannya itu. Jadi tanaman – tanaman tsb tak pernah dia berikan kepada para teman – temannya.
Perempuan tsb memandang ke arah matahari. ” Sinar matahari yang sempurna untuk mengambil selca..” katanya. Akhirnya dia mengeluarkan ponselnya dan mulai melakukan selca dengan asyik. Sementara pria bertraining tadi tengah terkikik geli karena tangannya dijilati oleh seekor anjing. Dia menaruh potongan eskrim di tangannya kemudian diberikan kepada si anjing tsb. Tiba – tiba dia melihat ada serpihan tanah yang jatuh atas. Dia mendongak ke atas dan benar saja, ada pot yang jatuh ke arahnya. Tanpa sengaja si perempuan tsb mendorong jatuh pot bunga dengan sikutnya karena dia sedang asyik berselca. Secepat kilat, pot tsb ditendang oleh laki – laki tadi. Dan tidak jadi mengenai dirinya dan si anjing yang tepat berada di bawahnya.
Terkejut karena sudah menjatuhkan pot dan hampir saja melukai org lain, perempuan tsb bergegas hendak turun ke bawah. Namun di tangga dia bertemu dengan pria tadi. Si pria menyangka bahwa perempuan tadi hendak melarikan diri setelah melakukan kekacauan tsb. Tapi justru si perempuan hendak memeriksa apakah pria tsb baik – baik saja atau tidak.
Si pria melahap habis es krimnya kemudian melewati perempuan itu untuk naik ke atas. ” Ah…pasti ini…kau menjatuhkan pot bunga ini dengan sengaja kan ya?” tanya si pria. Wanita tsb tetap bersikukuh bahwa dia tak sengaja menjatuhkan pot bunga tsb.
Pria tsb kemudian menuju ke sebuah pintu. Lalu dia mengetuknya. Berharap ada jawaban. ” Apa yang kau lakukan? Akulah yang tinggal disini…” kata perempuan tsb. Si pria tersenyum. Ternyata rumah di atas atap tsb disewakan. Dan pria tsb ingin menyewanya. ” Pintunya tidak terkunci…” kata pria tab sambil menyelonong masuk. Wanita tab panik karena lelaki itu langsung masuk saja ke dalam rumahnya. Dia segera membereskan jemuran pakaian dalamnya. Lalu memprotes mengapa si pria langsung masuk saja tanpa ijin.
Si pria tsb ingin menyewa kamarnya. Dia mengira bahwa kamar tsb sudah kosong namun barang – barang si pemilik lama belum dipindahkan. ” Tak butuh waktu lama bagiku untuk membereskannya. Kapan kau akan pindah?” tanya perempuan tsb. ” Mungkin besok..” kata pria tsb. Terjadi perdebatan antara keduanya. Si pria memohon potongan uang sewa karena menganggap bahwa wanita tsb hampir mencelakakannya dengan jatuhnya insiden pot tadi. Sementara si wanita tetap tak ingin memotong uang sewanya. ” 250 won atau tidak sama sekali…” katanya. Akhirnya pria tsb mengalah. Namun ketika si wanita meminta uang dp sebesar 10%, si pria tak bisa memberikannya. Dengan alasan dia tak memiliki yang cash dan hanya mempunyai kartu untuk naik kendaraan umum. Wanita tsb merasa dipermainkan dan mengusir si pria. Dia menganggap bahwa transaksi tadi tak pernah terjadi.
Telepon berdering di suatu rumah yang besar. Wanita baya mengangkat telp dengan lembut. ” Apakah benar ini kediaman rumah Join Pyo?” tanya suara di seberang sana. Seketika raut wajah si nenek berubah. Dia pun dengan menggebu – gebu bertanya apakah dia mengenal Joon Pyo. ” Aku neneknya. Apakah kau mengenal Joon Pyo? Aku tak akan melaporkanmu ke polisi. Hanya katakan kepadaku dimana Joon Pyo..” kata wanita tsb sambil berlutut. Namun si penelpon menutup teleponnya.
2 orang pria dan 1 wanita turun dari lantai atas karena mendengar suara histeris si nenek. Mungkin dia adalah anak, menantu dan cucunya. Wanita baya itu mengatakan bahwa si penelpon bertanya tentang Joon Pyo. Anaknya tak menanggapi dengan serius. ” Ibu…berhenti memperdulikan telepon seperti itu. Bukankah panggilan itu sama dengan setiap telepon yang kita terima 7-8 tahun yang lalu? Mereka hanya mau uang. Joonpyo diculik 25 tahun lalu. Hadapi kenyataan itu bu…” kata anak laki – lakinya. Tapi ibunya sepertinya mengabaikan perkataan anaknya. Dia mengatakan bahwa kali ini berbeda. ” Aku merasakan bahwa Joon Pyo masih hidup. ” katanya. Mereka sempat berselisih paham tentang hal ini. Akhirnya anak laki- laki yang masih muda ikut berbicara, ” Nenek tak perlu khawatir. Aku akan mencari tahu siapa penelpon itu. ” katanya. Tersimpan kesedihan yang mendalam si dalam ekspresi wajahnya saat mengatakan hal itu.
Si nenek membuka map di kamarnya. Nampak wajahnya hampir menangis.” Jun Pyo…..” isaknya. Tangannya mengambil selembar iklan berisikan foto cucunya dan pemberitahuan bahwa anak tsb hilang. Nenek tsb memeluk kertas tsb sambil terus menangis. Dia teringat kembali akan cucunya yang sudah hilang puluhan tahun lalu.
Perempuan dengan potongan rambut aneh tadi sedang membantu wanita cantik untuk berolahraga. Mungkin wanita cantik itu adalah kakaknya. Sangat terlihat berbeda dengan adiknya. Sang kakak memiliki wajah yang cantik, badan yang bagus dan juga kulit yang mulus. Sang adik, bukan berarti ia tak cantik. Namun karena rambut anehnya itu, dia jadi terlihat aneh. ” Eonnie….” panggilnya kepada si kakak. Sang kakak yang sedang berolahraga pun menoleh. Adiknya mengatakan bahwa dia perlu meminjam uang kakaknya untuk membiayai sekolahnya. Namun sang kakak menolak karena dia sudah banyak menanggung beban keluarganya. Bahkan dia juga membayar hutang – hutang ayahnya. Sang adik hanya tersenyum.” Ah..benarkah? Aku pikir kau juga sudah banyak membantu keluarga. Maafkan aku Eonnie..” katanya. ” Kau ingin gunakan apa uang itu? Kau ingin sekolah apa? ” tanya kakaknya. ” Aku ingin ke Italia..” jawab adiknya bersemangat. Seketika kakaknya tertawa terbahak – bahak. Menertawakan impian adiknya. Adiknya terkejut mendengar kakaknya yang tertawa begitu keras dengan impiannya. Sepertinya sang kakak tak percaya adiknya memiliki impian seperti itu. ” Aku harus pergi menyiapkan sarapan…” kata adiknya sambil berlalu.
Perempuan dengan rambut aneh itupun membuatkan kakak perempuannya jus, membuat sarapan dan menyiapkannya di meja makan. Sementara ibu dan ayahnya asyik membaca koran. Hal ini mungkin dikarenakan adiknya seorang pengangguran. Ibunya bertanya apakah dia sudah mendapatkan panggilan pekerjaan. Namun sepertinya anak bungsunya itu tak lolos seleksi dokumen. Sang ayah mengalami kebangkrutan karena tertipu. Dan hal ini membuat istrinya selalu mengungkit masalah ini. ” Apakah kau pikir dengan belajar bahasa Italia kau bisa mendapatkan pekerjaan?” tanya kakak perempuannya. Ibunya kaget. ” Kursus apalagi yang kau ambil? Apa kau meminta kakakmu untuk membayarimu lagi?” tanya ibunya. ” Tidak…aku menyewakan kamar di atap…” kata perempuan berambut poni itu. Ibunya pun mengomel. Bahwa kakaknya adalah tulang punggung keluarga. Bahkan dia harus membayar juga hutang ayahnya. Jadi dia meminta anak bungsunya untuk tak lagi membebani kakaknya. ” Ibu…sudah cukup… terlalu pagi untuk membuat keributan seperti ini..” kata putri sulungnya. Ibunya pun menurut. Dia menyuapi putri sulungnya dengan daging. Sementara adiknya menatap sedih dan ayahnya hanya menyuapinya dengan ikan teri.
Perempuan itu masuk ke kamar dan melepas wignya. Alasannya memakai wig adalah karena ada bagian kepalanya yang kehilangan rambut. Alias botak. Dia sudah memeriksakannya ke dokter dan dokter mengatakan bahwa itu karena stress. Ya..dia memang stress karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. ” Ini akan segera tumbuh ketika aku mendapatkan pekerjaan kan? ” katanya pada diri sendiri sambil mengoleskan sebuah cream di kepalanya. Tiba – tiba ponselnya berbunyi. Dia mendapatkan pesan dari calon penyewa kamar di atap. Sang calon penyewa pun mengatakan bahwa dia bisa langsung segera membayar uang sewa. Perempuan itu pun tersenyum.
Wanita berponi itu datang ke tempat pertemuan yang sudah disepakati oleh calon pembeli. Disana dia melihat si pengacara menyebalkan yang sedang bermain basket. Tak lama datang 3 anak muda dengan menggunakan sepeda motor dan berhenti menemui pengacara tsb. Terlihat dari jauh bahwa pengacara tsb sedang meminta uang kepada 3 anak muda. Wajah anak muda itu tampak ketakutan. Jadi wanita berponi itu mengira bahwa pengacara itu sedang membuli mereka. Wanita itu memutuskan untuk terus berjalan sambil menutupi wajahnya. Dia tak ingin pengacara itu tahu bahwa dia ada di sana. Dia tak ingin berurusan dengan preman.
Tapi tiba – tiba pria tsb memanggil. Perempuan tsb hendak melarikan diri namun kalah cepat dengan si pengacara. Alhasil bertemu muka lah mereka berdua. Ternyata orang yang hendak menyewa kamar itu adalah si pengacara. Pengacara memberikan uangnya kepada perempuan berponi itu. ” Tidak….kamar itu tidak disewakan..” katanya segera. Sambil mengembalikan uang ke tangan si pengacara. ” Apa kau bercanda?” Pengacara itu terlihat marah, namun akhirnya tersenyum. Dia memaksa perempuan tsb untuk menerima uangnya. Lalu pengacara meminta foto sebagai bukti bahwa mereka sudah menandatangani kontrak sewa. ” Siapa namamu?” tanya pengacara itu. ” Gong Shim…” jawab perempuan berponi. Gong Shim sempat marah karena pengacara itu salah mengeja namanya. ” Aku melakukan semua ini karena aku membutuhkan uang. ” batin Gongshim. Dia mendengar juga percakapan pengacara tsb di telp. Terdengar kasar. ” Hey..pastikan kau kosongkan kamar itu besok jam 10 pagi..” kata si pengacara. Gongshim mengangguk.
Gongshim berjalan menuju ke kursusnya. Dia melewati jalan yang penuh dengan orang lalu lalang. Dia kesal karena ada pasangan berjalan bergandengan tangan padahal jalan sudah sangat sempit karena banyak orang. Hal itu menghalanginya untuk lewat. Gong Shim mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah bel sepeda. Dia membunyikan nya sambil mengangkat tangannya ke atas. Dengan begitu orang akan memberinya jalan. Dia tak peduli akan semua orang yang mencemoohnya. Dia hanya akan terus berjalan.
Dan Gongshim juga terlihat sangat bersemangat mengikuti kelas bahasa Italianya. Sepertinya keinginannya untuk pergi ke Italia sangat besar.
Seok Joon Soo…seorang pemuda berdarah kaya, sedang terlihat frustasi di bar. Dia menegak alkohol yang ada di depan nya. Teringat perkataan neneknya, tadi siang di kantor. Dia berusaha menepati janjinya kepada si nenek. Akan mencari tahu keberadaan penelpon misterius itu. Dia sudah mendapatkannya. Telepon itu berasal dari philipina. Dia mengatakan bahwa saat ini banyak sekali telepon asing yang tak berguna seperti itu. Jadi dia meminta neneknya untuk mengabaikan telepon itu. ” Apa kata mu? Mengabaikannya? Apa kau pikir jika cucuku ada disini kau masih bisa berdiri disini? ” . Seok Joon Soo kaget mendengar perkataan neneknya. ” Kau pikir apa yang menyebabkan cucuku diculik dan menantuku meninggal? Mengapa hanya cucu tertuaku yang diculik? Itu semua karena pesta ulang tahunku!! Bagaimana hisa kau memintaku untuk mengabaikan panggilan itu sementara kau tahu kisahnya?” si nenek terlihat amat kesal. JoonSoo bangun dari duduknya.
Karena dia dalam pengaruh alkohol, tak sengaja dia menabrak seorang pria. JoonSoo tak meminta maaf. Dia hanya mengangkat sebelah tangannya sebagai permintaan maafnya. Pria yang ditabrak nampak kesal. Dia ingin menghajar Joon Soo namun dihalangi oleh teman – temannya.
Mata si pengacara nampak berbinar ketika dia melihat makanan yang sudah dihangatkan di sebuah minimarket. Pengacara itu pun makan dengan lahap. Tiba – tiba ponselnya berbunyi. Ternyata panggilan pekerjaan. Dia, selain menjadi pengacara juga menjadi supir panggilan. Dia mendapatkan customer yang minta dijemput di daerah Hannamdong.
Gongshim juga sedang makan mie untuk makan malamnya di tempat kerjanya dia bekerja sebagai petugas di pom bensin. Sedang asyik makan datang sebuah mobil putih. Dia pun menyambut dengan sopan. Perempuan setengah baya di dalam mobil itu meminta agar mobilnya diisi penuh. Gongshim menurutnya. Tapi si wanita tsb tidak mematikan mesin nya si saat mengisi bahan bakar. Gongshim m em minta wanita itu dengan sopan untuk mematikan mesin mobilnya sebentar. Wanita itu menolak dan bersikeras agar Gongshim mengisi penuh mobilnya dengan bensin. ” Ini hanya makan waktu sebentar bu. Ini memang prosedurnya. Pom bensin kami akan tertangkap jika ibu tidak mematikan mesin di saat mengisi bahan bakar. ” Gongshim mencoba menjelaskan. Wanita tsb malah meminta Gongshim membuang sampah mobilnya. Gongshim semakin tak mengerti. ” Ah…sepertinya ini tidak benar…” kata Gongshim berbisik kepada dirinya sendiri. Wanita itu mendengar bisikan Gongshim itu seperti umpatan untuk dirinya. Kemudian dia melempar Gongshim dengan sampah di tangannya. Dia membuka pintu mobilnya dengan kasar hingga terkena dahi Gongshim.. setelah keluar dari mobil dia mendorong Gongshim. ” Apa yang baru saja kau katakan? Apa kau sedang mengumpatku? Apa kau tidak tahu siapa aku?” kata wanita tsb. Gongshim berusaha melawan dengan kata – kata. ” Jangan menunjukku dan juga jangan mendorongku!! ” katanya. Tapi justru wanita itu mendorong Gongshim lebih keras lagi hingga Gongshim terjatuh. Dengan bertubi – tubi dia memukuli tubuh Gongshim dan mendorong kepala GongShim. GongShim tak bisa lagi melawan. Hanya bisa menangis. Hingga akhirnya kepala Pom Bensin datang untuk menghentikan wanita itu dan meminta Gongshim untuk pergi.
Gongshim menangis tersedu – sedu. Dia meratapi nasibnya. Hanya bekerja sebagai petugas pengisi bahan bakar, dia hanya ingin menjalankan tugasnya dengan baik. Namun perlakuan yang ia terima barusan dari customernya sangat tidak manusiawi.
Seok Joonsoo berjalan ke mobilnya di parkiran. Jalannya agak sempoyongan karena dia dibawah pengaruh alkohol. Tiba – tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang. Ternyata mereka adalah kelompok pria yang salah satu anggotanya ditabrak tak sengaja oleh Joon Soo di dalam bar tadi. Joon Soo berusaha mengabaikan mereka. Namun justru sikapnya membuat mereka makin marah. Alhasil satu pukulan mendarat di wajah Joon Soo dan membuatnya jatuh tersungkur. Tepat di saat kelompok itu ingin menghajar Joon Soo lebih lanjut lagi, si pengacara yang beralih profesi menjadi supir itu pun datang.
” Apakah ada yang memesan supir untuk ke daerah Hannam – Dong?” tanyanya. Dia melihat Joon Soo terjatuh, tapi dia berusaha mengabaikannya. Kelompok itu mengatakan tidak ada yang memesan supir jadi sebaiknya pengacara itu segera pergi agar mereka bisa melanjutkan aksi mereka. Tapi si pengacara malah mengeluarkan telpon genggamnya dan memanggil ke ponsel customernya. Benar saja, ternyata ponsel Joon Soo yang berbunyi. Melihat hal ini, gerombolan yang siap menghajar makin kesal. Dia melayangkan tinjunya kepada si pengacara. Pengacara ini sangat hebat, dia bisa melihat tinju lawannya dengan gerakan lambat sehingga dengan mudah tinju mereka dapat ia hindari.
Tak melawan, si pengacara menghampiri Joon Soo, membantunya berdiri dan hendak melangkah pergi meninggalkan gerombolan kasar itu. ” Awaaaasss…!!!” kata Joon Soo memperingatkan si pengacara. Benar saja, ada pisau kecil melayang di belakang si pengacara, yang dilemparkan oleh gerombolan itu lagi. Sekali lagi dengan kemampuannya, akhirnya pisau itu bisa ditangkap dengan tangan si pengacara. Joon Soo terkejut melihat kemampuan pengacara itu. Wajah si pengacara tampak geram. Namun dia masih tak berniat untuk membalas. ” Awass….botol…!!!” sekali lagi Joon Soo berteriak. Si pengacara meninju botol tsb sebelum mengenai wajahnya. Kali ini kesabarannya sudah habis. Dia berlari ke arah gerombolan tab. Dan berkelahi dengan mereka. Kemampuan berkelahinya luar biasa. Dengan mudah dia dapat merobohkan lawannya. Kemudian dia mengambil jas dan handphone Joon Soo yang berada di bawah dan mengajaknya pergi.
Setelah pengacara tab mengantar Joon Soo kerumahnya dan menerima upahnya, pengacara tsb segera meninggalkan rumah itu. ” Rumah yang sangat besar..” katanya kagum sambil melihat ke arah rumah tsb.
Sepertinya kakak perempuan Gongshim berhasil membuat pertemuan dengan kliennya dan juga atasannya. Klien yang ia temui sekarang adalah klien penting untuk kantor pengacara mereka. ” Bagaimana jika kita menikmati minuman di bar dulu? Hanya kita berdua…” kata kliennya sambil hendak memegang tangan kakak Gongshim, GongMi. Dengan refleks GongMi menolak. Perlakuan ini tentu saja membuat terkejut kliennya. GongMi beralasan bahwa sia masih memiliki kepentingan yang lain. Meskipun alasannya agak tidak masuk akal. Sepertinya kliennya itu merasa kesal. Lalu segera pergi meninggalkan GongMi dan atasannya. Atasan GongMi mengantar kliennya hingga di loby. ” Pengacara Song.. kita lanjutkan pembicaraan kita lain kali. Aku punya perasaan bahwa aku akan sibuk selama beberapa waktu. ” kata Kliennya tsb. Sepertinya dia benar kecewa. Pengacara Song, atasan Gong Mi hanya bisa menarik napas.
” Apa kau bekerja dengan tindakan mu seperti tadi. Jika kau mendapatkan pekerjaan karena penampilanmu, seharusnya kau berusaha dengan keras. Kau tahu, masih banyak pengacara lain di kantor kita…” kata Pengacara Song sambil masuk ke dalam mobilnya. Gong Mi terlihat sangat cemas.
Ibu Gongshim tak terima anaknya di bully seperti itu. Dia memfoto semua luka – luka dan lebam si sekujur tubuh Gongshim. Ini akan menjadi bukti dan akan menuntut wanita yang sudah memukul Gongshim di pengadilan. Gong Mi masuk rumah dengan muka sedih. Masih teringat kata – kata atasannya tadi. Nampaknya sang atasan sangat marah kepada Gong Mi. Dengan antusias ibu Gong Mi menceritakan apa yang terjadi kepada Gongshim. Karena GongMi berprofesi sebagai pengacara, jadi dia meminta agar GongMi membantu adiknya. “Aku tak bisa dengar dari satu pihak saja. Aku juga harus mendengar dari pihak lainnya. Aku lelah..jangan berbicara kepadaku..” kata GongMi sambil berlalu menuju kamarnya. Gongshim terkejut dengan kelakuan kakaknya. ” Apa yang baru saja dia katakan? Bukankah seharusnya dia kecewa aku diperlakukan seperti ini? Dia lebih buruk daripada orang lain. Apakah aku yang bersalah disini?” Gong Shim mengomel. Ayah dan ibunya tak berkata apa – apa. ” Ayah..ibu…kalian sekarang juga menganggap bahwa kakak benar kan? Aku benar – benar tak bisa berkata apapun sekarang..” kata Gongshim. Sementara ayah dan ibunya terdiam.
Sementara GongMi juga mengurung diri di kamarnya. Masih terbayang apa kata atasannya sebelum dia pulang tadi. Atasannya sepertinya sangat kecewa kepadanya. Dia harus memikirkan cara bagaimana agar dia bisa membayar kesalahannya.
Tapi sepertinya bukan GongMi tak peduli akan apa yang sudah terjadi kepada adiknya. Dia hanya sedang dalam kondisi yang tidak bagus. Terbukti dari akhirnya dia mengirimkan pesan teks kepada Gongshim. Isinya meminta Gongshim agar mengumpulkan bukti, hasil pemeriksaan dokter dan juga bukti cctv. ” Kakakmu tidak sejahat yang kau kira..” kata ibu Gongshim. Gongshim hanya terdiam. Ya…pikiran tentang kakaknya salah. Sang kakak masih peduli kepadanya.
Dia melihat ada anak kecil menangis. Menangis dan terus memanggil ibunya. Dia hanya bisa menatap anak kecil itu dari belakang. Dia menghampiri anak laki – laki itu perlahan. Dia berdiri di depan studio photo ” Hyundae” . Dia berusaha meraih anak kecil tab, namun tiba – tiba anak kecil itu menghilang dari pandangannya. Si pengacara terbangun. Ternyata itu adalah mimpinya. ” Aku sudah tak mengalaminya beberapa waktu lalu, tapi sepertinya mimpi itu datang lagi. Siapa anak kecil itu?” tanya nya kepada diri sendiri.
Si pengacara makan roti bakar sebagai sarapannya di mini market yang terletak di bawah gedung rumahnya. Dia menunggu panggilan telepon. Ternyata ponselnya tertukar dengan ponsel Joon Soo. Ponsel mereka memiliki bentuk yang sama. Benar saja, tak lama Joon Soo menelpon menggunakan no telp rumah. Akhirnya mereka berjanji untuk bertemu dan mengembalikan ponsel mereka.
Melihat kondisi anak pertamanya tak seperti biasanya, ibu Gongshim bertanya apakah terjadi sesuatu pada pekerjaan Gong Mi. ” Sepertinya atasanku tak suka kepadaku…” kata GongMi. ” Bagaimana bisa? Mengapa dia tak suka kepadamu?” ibu GongMi tak mengerti. GongMi mengatakan bahwa jika dijelaskan pun ibunya tak akan mengerti. Kemudian ibu GongMi mengalihkan pembicaraan tentang hukum yang akan dijalani Gongshim. ” GongMi, apakah kita akan mendapatkan banyak uang tuntutan dari Kasus Gongshim?” tanyanya. GongMi mengatakan bahwa Gongshim sudah menceritakan semuanya kepada dirinya. Dan sepertinya kemungkinan menang sangat besar. Terlihat sekali mata ibu Gongshim berbinar. Dia juga kesal terhadap perempuan yang sudah menyakiti anaknya. Tapi selain itu juga dia memiliki ambisi yang besar untuk membuat tuntutan dan akan menerima uang.
Gongshim pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan visumnya. Di pintu masuk dia juga bertemu dengan Joon Soo yang ingin memeriksakan badannya akibat pukulan kemarin. Joon Soo membukakan pintu untuk Gongshim dan memintanya masuk duluan. Gongshim merasa aneh. Tak pernah ada pria yang berperilaku seperti itu kepadanya sebelumnya. Bahkan mereka menaiki lift yang sama. Joonsoo bertanya ke lantai berapa Gongshim akan pergi. ” Mengapa kau bertanya?” kata Gongshim curiga. Joon Soo merasa aneh mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Gongshim. Jadi dia tak mengajukan pertanyaan lagi. ” Mengapa dia berbuat baik kepadaku? Aku harus bersikap hati – hati. ” batin Gongshim. Bahkan di saat mereka mendaftar, Joon Soo mempersilahkan Gongshim untuk melakukannya lebih dulu. Setelah selesai, Joonsoo pun duduk di sebelah Gongshim di ruang tunggu. Lagi – lagi Gongshim merasa curiga. Sampai akhirnya namanya dipanggil dan dia masuk ruangan untuk melakukan pemeriksaan dokter. Joonsoo hanya bisa menatap Gongshim dengan tersenyum.
Ternyata orang yang memukul adiknya adalah istri pengacara Song atasan GongMi. ” Istri pengacara Song sudah keterlaluan sekarang. Aku sudah menelpon korban dan dia bersikeras untuk menuntutnya..” kata teman GongMi. Gong Mi hanya bisa menelan ludah melihat rekaman cctv tsb. ” Pengacara Gong, apa yang akan kau lakukan?” pertanyaan rekan GongMi membuyarkan lamunannya. Gong Mi tak menjawab.
President Song meminta Staffnya untuk bernegosiasi dengan korban. Berikan berapapun uang yang dia mau agar dia tak membawa ini ke pengadilan. Karena jika ini sampai tersebar ke media, reputasi bisnis pengacara Song akan hancur. Tiba – tiba GongMi masuk. President Song meminta GongMi untuk menunggu di luar. ” Aku akan memastikan bahwa wanita korban itu tak akan melakukan tuntutan. ” kata GongMi yang membuat president Song tak percaya. Bahkan yang lain tak bisa menghentikan wanita korban itu untuk melapor. ” Aku mempertaruhkan hidupku untuk ini. Tolong serahkan ini kepadaku. ” kata Gong Mi.
Sementara itu Gongshim sudah dalam perjalanan pulang setelah mendapatkan catatan dokternya. GongMi menelponnya dan mengatakan bahwa ia tak perlu ke kantor pengacara tempat GongMi bekerja. Justru itu GongMi meminta agar mereka bertemu saja di rumah. Gongshim pun setuju. Meskipun ada tanda tanya di hatinya.
Si pengacara sudah selesai menata kamarnya. Di pintu masuk terdapat pesan dari Gongshim perihal password pintu kamar tsb. Kemudian si pengacara menuju ke bawah karena dia sudah berjanji akan bertemu dengan Joonsoo untuk bertukar ponsel. ” Maaf sudah membuatnya repot datang kesini..” kata pengacara tsb. Joonsoo tersenyum. ” Maaf..aku belum berterimakasih dengan baik semalam. Jadi terimalah ini..” kata Joon Soo sambil memberikan Pengacara itu amplop. Isi nya ternyata uang yang sangat banyak. Tentu saja pengacara tsb menolak. ” Aku tidak melakukan apapun semalam. Kau sudah membayar sewa ku..” kata pengacara tsb sambil mengembalikan amplop tsb pada Joon Soo. Tapi Joonsoo memaksa Pengacara itu untuk menerima. Dari jauh mereka jadi seperti berebutan amplop tsb.
Gongshim yang tak sengaja melintas melihat kejadian tsb. Tentu saja pikirannya adalah bahwa pengacara tsb sedang merebut uang dari Joonsoo. Apalagi dia mengenali wajah Joon Soo sebagai pria baik yang bertemu dengannya di RS tadi. Dia segera memberhentikan mobil polisi yang sedang berpatroli.
” Ahjusshii..disana ada orang yang ingin mengambil uang orang lain. Kau bisa menangkap basah dirinya. Ayooo cepaattt…” kata Gongshim. Kedua polisi itu mengikuti Gongshim. Pengacara itu tentu saja terkejut melihat Gongshim datang dengan polisi. ” Kau mencoba untuk mengambil uang pria ini kan?” kata Gongshim. Pengacara dan Joonsoo nampak bingung. ” Pencurian??? Kapan aku melakukannya? Kau gila…” kata pengacara sambil menunjuk muka Gongshim. Gong Shim melawannya. Dia mengatakan bahwa dia juga sudah pernah melihat pengacara tsb mengambil uang paksa dari 3 anak muda. Di saat polisi akan memborgol tangan pengacara, Joon Soo melarangnya.
” Aku pikir kalian salah paham. Kami adalah….teman dekat….” kata Joon Soo sambil merangkul pundak pengacara nyeleneh itu. Gong Shim langsung berubah raut wajahnya. Joonsoo menjelaskan bahwa dia meminjam uang dari pengacara itu dan disaat dia hendak mengembalikan, si pengacara menolak. Joonsoo memberikan kartu namanya kepada polisi. Dan mereka pun menyalahkan Gongshim karena sudah menuduh orang lain.
” Apakah kalian benar berteman?” Gongshim masih tak percaya. Joonsoo membenarkan bahwa mereka adalah teman. ” Pencurian? Tuduhanmu tak terbukti dan ayo minta maaf. ” kata Pengacara tsb. Gongshim tak mengatakan apa – apa. Pengacara tsb kemudian meminta lagi Gong Shim untuk minta maaf. ” Aku minta maaf!!! ” kata Gongshim keras sambil meninggalkan mereka berdua. Pengacara tsb dan Joonsoo hanya bisa tersenyum kemudian menyadari bahwa tangan mereka saling merangkul pundak masing – masing. Hawa aneh menyerang dan akhirnya mereka melepaskan rangkulan mereka dengan canggung.
Sesampainya di rumah, Gongshim melihat semua keluarganya sudah berkumpul termasuk kakaknya. Dengan semangat Gongshim meletakkan catatan dokter di meja dan mengatakan bahwa dia akan menulis surat tuntutan di rumah. ” Gongshim…bisakah kau menahan ini dan tidak membuat tuntutan? Aku kan membuat wanita itu membayar uang untuk kompensasi untukmu?” kata GongMi sambil mengambil catatan dokter Gongshim. ” Uang? Aku melakukan ini bukan untuk uang. ” kata Gongshim. Ibunya juga menambahkan bahwa lebih baik Gongshim mundur saja. Daripada melewati prosedur hukum yang rumit. ” Ibu…kau kenapa? Bukankah kau yang paling bersemangat memintaku untuk menuntutnya? Hingga pagi ini pun kau bersikeras untuk menuntut wanita itu. ” kata Gongshim. Ibu Gongshim memberi kode kepada ayah Gongshim agar ikut membujuk anaknya. Ayah Gongshim mengatakan bahwa bisa saja wanita itu menyewa pengacara mahal dan nanti kejadiannya akan berbalik menyerang Gongshim. Tak ada ya tak mungkin terjadi jika dengan uang. Gongshim merasa bahwa keluarganya bersikap aneh. Dia tetap bersikeras untuk melaporkan wanita itu dan tak akan mengampuni nya.
Akhirnya ibu Gongshim berkata terus terang. Bahwa sebenarnya wanita yang memukul Gongshim adalah istri dari pimpinan dimana Gong Mi bekerja. Gongshim berdiri dari tempat duduknya dan terlihat emosi. ” Apakah itu sebabnya? Karena aku tidak berperan si kesuksesannya dan hanya sebagai adik yang tak berguna, kalian melakukan semua itu kepadaku? Hal ini akan membuat kau terkena masalah di kantor, jadi walaupun aku diperlakukan tidak adil, jadi kalian bersikap begini kepadaku? ” tanya Gongshim. ” Lalu apa yang bisa kulakukan? Apakah mereka akan tinggal diam jika tahu bahwa adikku menuntut istri president? Jika aku dikeluarkan? Aku tidak bisa bekerja di perusahaan hukum manapun. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab? Lakukan ini demi keluarga kita. Hanya ikuti saja saran kita jika kau tak tahu apa yang sedang terjadi. ” kata GongMi. ” Stop mengatakan bahwa ini untuk keluarga kita!!!! ” Gongshim berteriak. Air matanya mulai turun. Hal ini sangat menyakitkan hatinya. Kakaknya berkata bahwa ini semua demi keluarganya. Padahal bukan. Dia melakukan ini semua demi dirinya sendiri. Demi reputasinya. Begitu juga dengan ayah dan ibunya. Dia hanya memikirkan GongMi karena GongMi bisa menghasilkan uang untuk mereka. Dari dulu orang tuanya tak pernah membicarakannya. Mereka selaku membanggakan kakaknya.
Alasannya pindah ke rumah atap adalah karena dia ingin keluar dari rumah. Dia tak ingin melihat keluarganya yang begitu tak adil padanya ” Kakak…kau menertawakanku ketika aku bilang ingin belajar bahasa Itali kan? Aku ingin pergi ke Italu dan belajar melukis disana. Itu adalah mimpiku. Apa kalian pikir aku tidak punya mimpi? Aku punya banyak mimpi dan punya banyak hal yang ingin aku raih!! ” Gongshim makin terlihat emosional. Melihat hal tsb, ibu ayah dan kakak Gong Shim hanya terdiam. ” Aku didorong jatuh ke tanah dan ditampar di pom bensin. Ayah…ibu…apa kau tak merasa sedih atas apa yang terjadi kepada anak perempuanmu?? Apa kau tak sedih atas apa yang terjadi pada adikmu??? Apa kalian semua mendengar ku???!!!” GongShim berteriak lagi. Kemudian dia pergi setelah mengatakan bahwa dia tak akan menyerah dan tetap akan menuntut wanita itu. Sementara ibunya berteriak di belakang pada Gongshim bahwa dia tak boleh melakukan hal tsb. Di atap…Gongshim menangis sejadi – jadinya. Dia tak tahu mengapa semua orang bersikap tak adil kepadanya.
Joonsoo mentraktir si pengacara di restoran mewah. Pengacara merasa tak enak karena mungkin saja restoran itu sangat mahal. ” Pergi dan makan saja…” kata Joon Soo. Sementara itu Gongshim dan sahabat kecilnya juga sedang menikmati soju. Gongshim bertanya apakah sahabatnya itu memiliki kenalan pengacara. ” Ya..ada…kakakmu..” kata sahabatnya itu. ” Stop bercanda.. aku tak ingin membicarakannya. ” kata Gongshim. Lalu sahabatnya itu bertanya apakah Gongshim bertengkar lagi dengan GongMi. Dengan enggan Gongshim menjawab bahwa dia tak ingin membicarakan kakaknya. Dia hanya ingin minum malam itu. Gongshim pun mengatakan bahwa dia ingin menuntut seseorang dan membutuhkan pengacara namun dengan biaya yang tidak begitu mahal. Sahabatnya pun berjanji akan merekomendasikan seseorang untuk Gongshim.
Ternyata Joonsoo dan pengacara memiliki kesamaan. Mereka alergi pada telur, keduanya tidak bisa makan telur. Entah kenapa mereka berdua merasa bahwa mereka cocok. Karena mereka memiliki kesamaan satu sama lain. Gongshim meneguk habis 1 gelas besar bir. Hal ini membuat sahabatnya khawatir. Gongshim mulai mengoceh. ” Kau tahu apa yang paling mengagetkanku sepanjang hidupku?” tanya Gong Shim. Hal yang paling mengejutkannya adalah ketika dia tahu bahwa dia benar adalah anak orang tuanya dan adik dari kakaknya. Dia tak tahi mengapa Gong Mi harus menjadi kakaknya. Mereka berdua sangat berbeda. Mengapa mereka malu terhadap anak perempuan dan adik perempuan mereka. Gongshim terlihat kacau dalam mabuknya. ” Kau sudah cukup mabuk. Ayo pulang Gongshim. ” kata sahabatnya. ” Kau tahu lagi apa yang lebih tidak masuk akal dari semuanya? Aku juga malu terhadap diriku sendiri…” kata Gongshim. Tangisnya lebih keras lagi kali ini.
Dengan sempoyongan Gongshim berjalan menuju rumahnya. Memegang belnya dan berjalan seakan – akan dengan membunyikan bel itu orang – orang akan memberikan jalan padanya.
Karena mabuk, Gongshim tidak menyadari bahwa dia salah masuk kamar. Begitu juga dengan pengacara tsb. Mungkin semalam dia juga mabuk bersama Joon Soo. Pengacara itu berteriak ketika mengetahui Gongshim ada di kamar nya. Teriakannya membangunkan Gongshim yang juga ikut berteriak setelah tahu ada pria di kamarnya. Dengan cepat Gongshim mengusir pengacara itu keluar. ” Aku minta maaf karena aku sudah berlaku tidak wajar. Tapi ini adalah kamarku!!” kata pengacara itu dengan keras. Gongshim akhirnya sadar bahwa dirinya lah yang salah masuk kamar. ” Kau tidak mengganti password nya?? Mengapa kau tidak mengganti password nya a???” tanya Gongshim kesal. Karena itulah dia bisa salah masuk kamar.
Dengan terburu – buru Gongshim merapikan barangnya dan pergi keluar dengan selimut menutupi tubuhnya. Tanpa ia sadari belnya jatuh di bawah meja. Gongshim buru – buri keluar namun ternyata wignya ketinggalan. Dia pun mengambilnya dari kepala si pengacara. ” Kau bisa mengembalikan selimutku nanti..” kata pengacara sambil melihat Gongshim yang terburu – buru menuruni tangga.
Gongshim pergi ke rumah sauna. Dia ingin melarikan dari rumah. Dan bahkan tak ada satu orang rumahpun yang mencarinya. Sahabatnya menelpon bahwa dia sudah menemukan pengacara untuk membantu Gongshim. Gongshim meminta sahabatnya untuk mengirimkan alamat kantor pengacara tsb.
Di dalam perjalanan dia menerima pesan teks dari kakaknya yang mengatakan bahwa dia tak boleh menuntut istri dari pimpinan kantornya. ” Jika kau melakukan hal itu, kau akan membunuh keluarga kita dengan tanganmu sendiri. Hubungi aku “. Namun pesan teks itu diabaikan oleh Gongshim.
” Guleum Law Firm ” akhirnya dia tiba di tempat yang dimaksud. Ketika Gongshim ingin masuk, dia terkejut ketika melihat 3 orang anak muda yang tempo lalu dia lihat sedang diperas oleh pengacara aneh itu. Mereka keluar kantor pengacara itu dengan senang. Benar saja, tak lama pengacara aneh itu keluar . Dia meminta ke 3 anak muda itu untuk memberikan jajangmyeon. ” Apa? Apa lelaki itu adalah seorang pengacara?” Gongshim tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Pengacara itu melihat Gongshim dan meminta ketiga anak muda itu pergi duluan. ” Apa kau seorang stalker? Semalam kau masuk ke dalam kamarku dan sekarang kau berada di depan kantorku. Apa kau senang mengintip? ” kata pengacara itu selenge’an. ” Dia tidak normal. Dia benar – benar tidak normal. ” batin Gongshim.
” Apakah kau…. seorang pengacara mesum??” tanya Gongshim. Pengacara itu tak menjawab dan hanya tersenyum. Gongshim terlihat shock.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>