Malam itu hujan. Gongshim dan Dan Tae duduk di depan minimarket. Gongshim menempelkan plester di dahi Dan Tae pun melakukan hal yang sama. Dan Tae menempelkan luka di pergelangan tangan Gongshim. Mereka menempelkan plester dengan motif yang sama. Dan Tae meminta maaf karena Gongshim melalui ini semua karenanya. Pasti Gongshim merasa sangat ketakutan. Dan Tae bertanya mengapa Gongshim datang ke kantornya. Gongshim terkejut mendapatkan pertanyaan yang tiba – tiba dari Dan Tae. ” Bukankah kau harusnya pergi ke workshop carpenter di tempat Joonsoo? ” tanya Dan Tae. ” Bagaimana kau bisa tahu?” Gongshim bertanya. Dan Tae mengatakan bahwa Joonsoo yang menceritakan kepadanya tadi siang. Gongshim mengatakan bahwa dia memutuskan untuk tidak pergi kesana. Dan Tae menganggukkan kepalanya perlahan. Dia tak bertanya lebih lanjut lagi. ” Apakah kau tak lapar?” tanya Dan Tae. ” Ah…aku baru merasakan lapar sekarang…” jawab Gongshim. Dan Tae pun mengambilkan makanan untuk Gongshim.
Gong Mi sengaja meninggalkan payung yang dibawanya. Dengan tujuan Joonsoo akan memberikan tumpangan kepadanya. Benar saja, Joonsoo yang melihat GongMi menunggu taksi di pinggir jalan langsung memberhentikan mobilnya dan menghampiri GongMi. ” Aku tidak apa – apa…aku bisa naik taksi…” kata GongMi. ” Tak apa…hujan deras. Aku akan mengantarkanmu sampai ke halte terdekat. ” kata Joonsoo lagi. Akhirnya GongMi setuju untuk ikut dengan Joonsoo.
” Untuk apa kau datang ke kantorku?” tanya Dan Tae lagi. Gongshim tak menjawab. Tampak bingung. Tak mungkin dia mengatakan dia ke rumah Dan Tae untuk mengetahui semua tentang pria itu. Untuk mengetahui seperti apa Dan Tae itu. Untuk menginvestigasinya. Tapi kata – kata itu akhirnya keluar juga dari mulut Gongshim. Dan Tae shock mendengar Gongshim mengatakan itu semua. Akhirnya Dan Tae juga mengatakan hal yang sama pada Gongshim. Dia mengatakan bahwa dia juga penasaran pada Gongshim sejak pertama kali bertemu. Ingin tahu Gongshim wanita seperti apa dan ingin menginvestigasi Gongshim. Giliran Gongshim yang shock. Dan Tae pun juga tak tahu apa yang sebenarnya dia katakan. Gongshim bertanya kapan tepatnya Dan Tae penasaran akan Gongshim. ” Ah…ini bukan rasa ingin tahu seperti apa yang kau bayangkan. ” kata Dan Tae. Dia menjelaskan bahwa rasa ingin tahunya seperti anak kecil yang melihat sesuatu yang baru. Bagaimana matahari terbit dari barat. Mengapa kaki katak bagian belakang lebih panjang dari kaki katak bagian depan. Yahhh…seperti itulah rasa ingin tahu Dan Tae terhadap Gongshim. ” Bahkan penampilanmu juga membuat orang ingin tahu tentang dirimu…” kata Dan Tae masih berusaha untuk mengelak dari pandangan menyelidik Gongshim. ” Tapi kau sudah tahu bahwa ini adalah wig. ” kata Gongshim. ” Mengapa dia tiba – tiba jadi pintar?” bisik Dan Tae pada dirinya sendiri. Akhirnya Dan Tae keceplosan bahwa dia ingin tahu isi kepala dari Gongshim. Semua kelakuan Gongshim dia sebutkan kembali.
Gongshim mengetuk meja. ” Jadi…kau mengatakan bahwa apa yang kulakukan semua tak masuk akal kan? Baiklah…kau benar. Dan kau membuat selera makanku hilang…” kata Gongshim. Dia beranjak dari tempat duduknya dan pergi. ” Kau juga membuat nafsu makanku hilang…” kata Dan Tae.
GongMi dan Joonsoo mengobrol di dalam mobil. Mereka saling bertanya mengapa mereka mengambil kursus menjadi carpenter. Sepertinya GongMi makin tertarik kepada Joonsoo.
Sepanjang perjalanan ke rumah, Gongshim dan Dan Tae juga mengobrol. Gongshim bertanya pada Dan Tae apa maksud dari nama Firmanya. Gongshim salah menafsirkan artinya. Dia jadi terlihat semakin bodoh. ” Apakah kau juga jago berkelahi seperti tadi sewaktu sekolah?” tanya Gongshim. Dan Tae mengatakan bahwa sebenarnya bukan karena dia mahir berkelahi. Ini semua karena kemampuan yang dimilikinya. Akhirnya Dan Tae menceritakan rahasianya yang sebenarnya tak mau ia katakan kepada siapapun. Dan Tae memiliki kemampuan dynamic visual acuity. Di mana dia bisa melihat benda cepat yang bergerak di depannya secara slow motion. Oleh itulah dia bisa menghindari pukulan – pukulan lawannya dan membaca gerakan mereka. Dan Tae bahkan meminta Gongshim untuk memukulnya. Tapi sesuai prediksi, Dan Tae bisa menghindar dari pukulan GongShim. Gongshim pun mengangguk – angguk tanda mengerti. Meskipun dia tak tahu persis kemampuan apa yang dimiliki oleh Dan Tae.
Tapi tiba – tiba Gongshim memukul Dan Tae dan tepat mengenai pipinya. Dan Tae terkejut. ” Apa yang kau lakukan?” tanyanya geram. Gongshim menjawab bahwa dia memukul Dan Tae sesuai dengan perintah Dan Tae sebelumnya. ” Tapi kau harus memukulku di saat aku melihatmu…!!” kata Dan Tae keras. Kemudian Gongshim melangkah menjauh dari Dan Tae. Ingin kabur. Dan Tae pun segera mengejarnya.
Mereka berdua mampir ke minimarket di gedung tempat tinggal mereka. Gongshim terkejut karena dia melihat Goo Nam bekerja di sana. ” Tapi rumahmu kan 1 jam dari sini…” kata Gongshim. ” Itu semua karena mu….” Goo Nam tak melanjutkan kata – katanya. Sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan. Kemudian Dan Tae membayar belanjaan. Dan Tae sebenarnya ingin bertanya mengapa kakak Gongshim memiliki 2 ruang kamar di rumah mereka. Tapi tidak jadi karena GongMi datang dan melihat mereka berdua di dalam minimarket.
Gongshim dan Dan Tae pergi menyapa GongMi. Dengan tatapan m em nyelidik GongMi memandang Dan Tae dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan Tae merasa tak nyaman lalu dia pamit pulang duluan. Dia tak langsung g pulang, tapi masih mengintip kakak beradik itu berbicara. ” Mengapa kau pergi keluar dengannya?” tanya GongMi menyelidik. Gongshim mengatakan bahwa dia memiliki alasannya sendiri. Tapi GongMi tetap memaksa Gongshim mengatakan alasannya. Gongshim menolak. Sampai akhirnya mereka berdua melihat Dan Tae masih menguping pembicaraan mereka. Dan Tae pun segera pergi karena ketahuan. Gongshim dan GongMi menggelengkan kepala mereka.
Gong Mi beralasan ada makan malam perpisahan temannya yang ingin pindah keluar negeri ketika dia ditanya Gongshim mengapa pulang terlambat. Kemudian GongMi juga bertanya pada Gongshim, apakah dia mengenal Seok Joonsoo sebelum Gongshim diterima di Star Group. ” Sudah kukatakan kepadamu aku tak bisa menceritakan dia kepadamu. ” kata Gongshim. GongMi tak memaksanya. GongMi melarang Gongshim untuk berjalan keluar dengan Dan Tae. Alasannya dia tak ingin tetangga mengoceh yang macam – macam tentang mereka berdua. Gongshim juga melihat plester di pergelangan tangan Gongshim. Sama dengan yang digunakan di dahi Dan Tae. Dia pun menebak bahwa Gongshim dan Dan Tae berpacaran. Tentu saja Gongshim marah mendengar hal ini. ” Jangan ngomong yang tak masuk akal. Kami tak ada apa – apa. Besok pun dia akan segera pindah dan aku tak akan lagi bertemu dengannya. ” kata Gongshim. ” Hmm…bukankah secara tiba – tiba dia pindah itu lebih mencurigakan? ” Gongshim masih menyelidik. Dia tetap tidak mau Gongshim memperlakukannya. Mendengar hal ini pun Gongshim makin marah. Dia memprotes GongMi agar tak menyuruhnya lagi mengambil barangnya di rumah. Dia juga sibuk. Dan bukan hanya GongMi saja yang bekerja. ” Ada kontrak penting yang harus aku tandatangani. Bukankah memang pekerjaanmu berlari? ” kata GongMi. ” Kau tak tahu aku kehilangan apa karena sikapmu. Jika kau tidak tahu jangan bicara. ” kata Gongshim kesal. ” Kau kehilangan apa?” GongMi berpura – pura bertanya. Padahal dia sudah tahu apa yang dimaksud oleh Gongshim. Gongshim sudah kesal pada kakaknya dan tak mau membahas hal itu lagi. Dia pun menyuruh kakaknya keluar dari kamarnya.
Selesai mandi, Dan Tae menatap dirinya di kaca. Dia melihat plester di dahinya. Dia mengambil perlahan dari dahinya dan menempelkannya di cermin. Sambil tersenyum dia menatap plester tsb.
Ayah Dan Tae pergi ke tepi sungai. Di sana ada pohon besar. Dia melangkah perlahan kebawah pohon tsb. Tak lama dia menangis. Menangis histeris sambil mengatakan bahwa dia minya maaf.
Joonsoo ayah dan ibunya menjemput nenek mereka di bandara. Itu adalah nenek kandung Joonsoo. Kakek Joonsoo memiliki 2 istri. Ibu dari Ayah Joonsoo yang datang kali ini adalah istri simpanan. Tak elak kalau nenek di rumah sangat membenci ibu Joonsoo dan ayahnya. Meskipun begitu, nenek tetap menerima mereka. Hanya karena cucu kandung, menantu kandungnya telah meninggal. Nenek Joonsoo sangat gembira melihat cucunya. Begitu juga dengan ayah dan ibu Joonsoo. Mereka berpelukan untuk melepas rindu.
Nenek tampak tak bagus kesehatannya. Sementara yang lain sedang menjemput nenek di bandara, nenek makan sendirian. Kemudian staffnya memberikan dia sebuah paket berwarna kuning. Paket itu berasal dari ayah DanTae. Nenek membukanya dan dia mendapatkan sebuah kalung. Kalung bertuliskan nama ” Seo Jun Pyo ” . Nenek langsung menangis. Kalung itu adalah kalung yang ia berikan untuk JunPyo. Nenek semakin yakin kalau cucunya masih hidup .
Gongshim sedang sibuk membuat cookie untuk hadiah teman – teman kantornya. Bahkan orang rumahnya tak ada yang ia biarkan untuk mengambilnya. ” Cookie Gongshim adalah yang terbaik. Sewaktu dia jatuh cinta dengan guru senamnya dulu dia juga memberikan cookie itu. ” kata ibunya. ” Apakah sekarang ada guru senam lain di kantormu? ” tanya ayah Gongshim. Gongshim langsung terkejut. Dan dia langsung masuk ke kamar sambil membawa cookienya dan mengelak.
Dan Tae masuk ke swalayan untuk membeli makan paginya. Dia melihat ada Gongshim di sana. Dan Tae pun mendekati Gongshim, hendak menyapanya. Kemudian dia terkejut melihat wajah Gongshim. ” Apa yang terjadi pada wajahmu?” tanya Dan Tae. Gongshim memakai buku mata palsu dan itu terlihat begitu menakutkan untuk DanTae. Gongshim berusaha mengabaikan perkataan DanTae. Dan Tae mencoba menahan Gongshim yang akan pergi dengan menggunakan buku mata itu. ” Kau akan menakuto anak kecil jika kau keluar menggunakan itu. ” kata Dan Tae. ” Apa yang kau lakukan sangat jahat. ” kata Gongshim sambil melepas bulu matanya. Dan Tae menatap Gongshim. Terpana. Sepertinya dia tak pernah melihat Gongshim secantik tadi. Dan Tae mengeluarkan kata – kata yang membuat Gongshim marah. ” Kau memang berbakat membuat orang marah..” kata Gongshim.
Dan Tae terus saja membuat Gongshim marah. Dia mengikuti Gongshim. ” Stop mengikuti dan jangan membuatku marah…” kata Gongshim. ” Apa yang membuatmu berpakaian cantik dan berdandan?” DanTae terus menggoda Gongshim. ” Tanpa berdandan… itu terlihat lebih bagus untukmu…” kata Dan Tae. Sepertinya Dan Tae tulus kali ini. ” Aku akan menjambak rambutmu jika aku merasa lebih terganggu. Jangan mengikutiku dan kali ini aku serius. ” kata Gongshim. DanTae mundur sambil memegangi rambutnya. Takut Gongshim benar – benar menarik rambutnya. DanTae mengajak Gongshim untuk mengadakan perpisahan dirinya yang akan pindah rumah. Tapi Gongshim mengabaikannya.
Joonsoo, nenek, ayah dan ibunya tiba di rumah. Nenek Joonsoo mencoba menyapa nenek yang sudah lama tak berjumpa. Jangankan membalas sapaan nenek Joonsoo, menengok ke arah mereka saja tidak. Nenek mengabaikan mereka dan segera pergi ke kamarnya.
GongMi masih penasaran apakah Joonsoo dan Gongshim sudah saling mengenal sebelum Gongshim bekerja di Star Grup.
Di luar ibunya sedang mencoba gaun yang ia beli dengan kartu kredit GongMi. ” Bukankah itu terlalu mahal? Kau tidak berpikir kalau kau itu kaya kan?” kata GongMi protes. Ibunya juga protes karena dia melakukan itu semua bukan untuk dirinya sendiri. Melainkan untuk GongMi juga. Ibu GongMi akan menghadiri reuni para peserta kontes kecantikan. Para juara juga akan hadir disana. Tak hanya juara pertama. Juara kedua dan juara ketiga juga hadir. Mereka menikah dengan orang kaya. Oleh itulah, ibu GongMi membutuhkan gaun yang bagus agar tak mempermalukan dirinya. Di sana ibu GongMi juga berniat untuk menjodohkan anak pertamanya dengan para pria kaya. Ibu Gong Mi sudah mempunyai calon untuk anaknya. Seorang dokter yang keluarganya memiliki rumah sakit. ” Ayah…ibu… jangan berpikir untuk menjodohkanku dan mengikutkanku dalam kencan buta. Aku tak mau…” kata GongMi. ” Apakah kau audah punya pacar? Kau tahu bahwa kau tak boleh berpacaran dengan sembarang orang…” kata Ibunya. GongMi tahu bahwa ayah dan ibunya sangat mengerti dirinya. Dan ia tak akan puas hanya dengan seorang anak pemilik rumah sakit.
Goo Nam membantu Dan Tae untuk mengirimkan pisang dengan menggunakan alat pancing. Dan Tae senang karena dia bisa mengambil barang tanpa harus turun ke bawah. Tapi karena suatu kesalahan, Dan Tae menjatuhkan pisang itu dan mengenai kepala Gong Mi yang sedang lewat di bawah. Dan Tae dan Gong Mi sama – sama terkejut. Tapi sepertinya GongMi sangat marah pada Dan Tae.
Dia pun naik ke atas u tuk menghampiri Dan Tae. Dan Tae buru – buru minta maaf. Tapi Gong Mi tak memaafkannya. Dia bahkan marah pada Dan Tae. Mengatakan bahwa Dan Tae tak tahu malu. ” Aku akan membayar mu jika ponselmu rusak…” kata Dan Tae. ” Apakah ponselku yang sekarang kau khawatirkan? Kau tak perlu membayar apapun. Dan aku tak akan minta bayaran dari seorang yang membayar uang sewa 250 dollar 1 bulan. Tapi sebagai pengacara harusnya kau tahu bahwa aku diijinkan untuk melakukan ini!! ” kata GongMi. Dia mengambil pancing yang ujungnya sudah ada pisang milik Dan Tae kemudian membantingnya hingga pisang itu jatuh bertebaran di lantai. Setelah itu GongMi meninggalkan Dan Tae yang meratapi pisangnya yang berantakan. Tetapi Dan Tae menemukan 1 buah yang masih bagus keadannya dan dengan berseri dia memakan pisang tsb.
Gongshim sedang mempelajari tugasnya sebagai seorang sekertaris di atas bus. Dia menatap cookie yang sudah ia buat. Gongshim tersenyum. Dia pun mulai berkhayal. Dimana ayah dan Ibu Joonsoo merestui hubungan mereka. Bahkan Presdir Star Grup meminta dirinya untuk memanggil ayah mertua. Betapa bahagianya Gongshim pada saat itu. Tapi kemudian dia terbangun. Ternyata itu semua hanya mimpi. Dia bersandar pada seorang lelaki gemuk. Gongshim buru – buru menekan bel di bus kemudian turun.
Secepat mungkin Gongshim berlari menuju kantornya. Dia menguping ke ruangan presdir dan dia menghela napas lega. Sepertinya Presdir belum ada di ruangannya. Dengan berjalan mundur Gongshim menuju ke kursinya. Dia memutar kursinya kemudian duduk. Tanpa dia sadari Presdir sudah duduk di bangkunya dan dia menduduki Presdir. ” Kau terlambat…” kata Presdir. Gongshim terkejut bukan main. Ternyata Presdir ada di kursinya dan dia duduk di pangkuan Presdir. Masih terbayang oleh mimpinya tadi, Gongshim bahkan memanggil Presdir ‘ ayah mertua ‘. ” Ayah mertua?” Presdir juga terkejut. Lalu Gongshim mengalihkannya dengan mengatakan bahwa alasan dia terlambat adalah karena menjaga ayahnya yang sakit. Presdir mengatakan jika sampai Gongshim terlambat lagi, maka Gongshim menempatkan dirinya dalam masalah besar.
Di depan lift, dia bertemu dengan Joonsoo. ” Apakah kau ada masalah? Desahanmu terdengar sangat dalam…” kata Joonsoo. Gongshim mengatakan bahwa tak ada sesuatu terjadi dengannya. Dia pun mengambil kesempatan ini untuk berbicara dengan Joonsoo masalah fotonya yang tak sengaja dikirim oleh Dan Tae. Gongshim meminta Joonsoo untuk menghapus fotonya. Joonsoo berpura – pura menghapusnya. ” Tunjukkan kepadaku…kau belum menghapusnya kan?” tanya Gongshim. Dia pun berusaha merebut ponsel Joonsoo dan Joonsoo menghindarinya. Mereka terlihat akrab hingga staff lain memergoki mereka sedang bercanda. Gongshim langsung berhenti. Melihat sikap Gongshim yang canggung, Joonsoo mengerti apa yang terjadi. Dia pun menghapus foto itu di depan Gongshim. ” Ada satu lagi permintaanku. ” kata Gongshim. Walaupun Joonsoo memintanya untuk menganggapnya sebagai seorang senior, dia ingin Joonsoo memperlakukannya sebagai seorang profesional. Joonsoo pun setuju. ” Apa yang akan kau makan untuk menu makan siangmu?” tanya Joonsoo. Gongshim bilang bahwa dia akan makan tonkatsu di kantin sekolah. Lalu Joonsoo memintanya untuk makan mie kedelai di depan kantor. ” Makan disana dan beri aku foto kau sudah makan disana. Ini perintah. Kau akan dipecat kalau kau tidak makan disana…” kata Joonsoo sambil tersenyum.
Gongshim tak sengaja memecahkan gelas Presdir di saat dia sedang membersihkan meja Presdir. Dia masuk ke kolong meja untuk membersihkan pecahan gelas. Disaat dia sedang di bawah meja, terdengar suara orang masuk. Ternyata Joonsoo dan ibunya. Mereka mencari Presdir. Tanpa sengaja Gongshim mendengar pembicaraan mereka. Ibu Joonsoo tahu dari para staff disana bahwa Joonsoo terlihat dekat dengan Gongshim. Ibu Joonsoo memperingatkan anaknya agar tak bergaul dengan Gongshim yang berasal dari keluarga miskin dan pecundang. ” Berhenti bersikap baik dengan orang seperti mereka. Semua mata di kantor ini tertuju kepadamu. ” kata ibunya. Joonsoo mengiyakan kata ibumu. Yang dalam artian pikiran Gongshim berarti bahwa sikap baik dan perhatian Joonsoo selama ini ke dirinya hanyalah karena rasa kasihan. Gongshim sakit mendengar itu semua dari bawah meja. Dia tak dapat menahan air matanya.
Dengan wajah yang layu, Gongshim keluar dari ruangan Presdir menuju ke mejanya. Mengambil cookie yang dibuatnya untuk Joonsoo dan menatapnya. Setelah apa yang dia dengar tadi, sepertinya dia tak akan memberikan cookie itu kepadanya.
Dan Tae telah selesai berkemas. Dia akan segera pindah le rumah baru dan tinggal bersama ayahnya. Sewaktu dia menatap Cermin, dia melihat lagi plester yang ia pakai dari Gongshim. Menatapnya, menyentuhnya dan tersenyum.
Hari itu adalah hari peringatan kematian ibu Dan Tae. Dan Tae datang mengunjungi rumah abu. Di luar bibi Jiwon dan ayah Dan Tae sedang berselisih paham. ” Jadi kau akan memberitahukan Dan Tae semuanya? Jadi ini alasanmu bertemu dengan Dan Tae setelah sekian lama?” bibi Jiwon terlihat cemas. Kenyataan sebenarnya, mereka adalah suami istri. Dan mereka sedang menyembunyikan sesuatu yang sangat penting dari DanTae. Menyembunyikan tentang kehidupan masa lalu Dan Tae yang sangat berharga. Ayah Dan Tae bersikukuh untuk tetap menceritakan semua yang dia sembunyikan dari Dan Tae selama ini. ” Lalu bagaimana dengan naaib kita? Kakakku….pasti dia juga melihat dari atas sana…” kata bibi Jiwoon. ” Aku tak punya waktu yang banyak. Aku terkena kanker otak dan waktuku hanya tinggal 3 bulan. 6 bulan jika aku beruntung…” kata ayah Dan Tae. Dia ingin mengatakan semua pada Dan Tae karena dia tak mau terlalu membuat banyak dosa kepada Dan Tae sebelum dia pergi. Bibi Jiwoon meminta agar semuanya tetap seperti adanya. Pasti akan terasa aneh bagi mereka jika Dan Tae tahu akan semuanya. ” Kalau begitu, mari kita temui keluarga Dan Tae…” kata ayah Dan Tae. Tangan ayah Dan Tae ditahan oleh bibi Jiwoon yang terus memohon agar ayah Dan Tae tak melakukan apa yang dia katakan. Tiba – tiba ayah Dan Tae terjatuh dan pingsan. Ambulans langsung membawanya ke rumah sakit.
” Ibu…sepertinya ayah tak datang lagi hari ini. Dan sepertinya dia masih marah kepadaku. Aku akan kembali lain waktu ibu…” kata Dan Tae sambil menahan air mata di pipinya. Matanya terlihat berkaca – kaca.
Gong Mi pulang untuk berganti baju dan akan pergi ke kursus menjadi carpenter. Dia melihat cookie buatan Gongshim tadi pagi ada di meja. ” Sepertinya Gongshim sudah menyerah pada lelaki pujaannya di kantor ” kata ayah GongMi. GongMi pun mengambil cookie itu dan mengatakan bahwa dia akan memakannya sebagai cemilan.
Di tempat workshop, GongMi membagikan cookie itu kepada semua peserta termasuk Joonsoo. Joonsoo mengucapkan terima kasih. GongMi tampak memperlakukan Joonsoo sama seperti peserta lain. Dia tak ingin terlalu terlihat bahwa dia ingin Joonsoo menjadi pacarnya. Joonsoo juga sering memperhatikan GongMi dari jauh. Entah apa yang dia pikirkan soal GongMi.
Gongshim terdiam dalam duduknya. Dia teringat percakapan antara Joonsoo dan ibunya tadi di ruang Presdir. Selama ini Joonsoo bersikap baik padanya karena kasihan. Ya. Kasihan. Dia sudah berharap terlalu banyak pada Joonsoo. Bagaimana dia tak sadar bahwa sikap Joonsoo selama ini hanya sebatas perasaan kasihan. Toh ini bukan hal yang baru baginya. Semua lelaki akan memperlakukan dirinya sama seperti Joonsoo. Joonsoo adalah pria baik dan dia salah mengartikan kebaikan Joonsoo.
Gongshim berlari ke rumah loteng. Sudah tak ada barang sama sekali dan sepertinya Dan Tae sudah mengangkatnya. Tapi ada barang Gongshim yang ikut terbawa. Gongshim kemudian pergi ke Guleum Law Firm. Barang – barang Dan Tae semua ada disana. Termasuk barangnya yang terbawa. ” Aku pikir dia sudah menemukan tempat tinggal..” kata Gongshim. Bibi Jiwon mengatakan bahwa DanTae sebenarnya sudah menemukan tempat tinggal. Tapi ayahnya tak datang menemui Dan Tae. ” Dan Tae tak ingin tinggal sendirian di tempat yang baru. Itu sebabnya barangnya ada disini.” Bibi Jiwoon menjelaskan. Gongshim teringat ketika Dan Tae pernah berbicara kepadanya bahwa dia sangat bahagia, bisa tinggal bersama ayahnya.
Dalam perjalanan pulang, Gongshim bertemu dengan Dan Tae yang sedang minum. Gongshim duduk di depannya dan menemaninya minum. Dan Tae tahu akan kedatangan Gongshim. Dia pun menanyakan kenapa Gongshim datang. Gongshim mengatakan bahwa dia ingin minum. ” Kau tidak boleh mabuk..” kata Dan Tae. ” Aku tidak akan mabuk. Aku berjanji…” jawab Gongshim. Dan Tae menuangkan soju ke dalam gelas Gongshim. ” Kau bisa langsung pulang tanpa harus berhenti disini…” kata Dan Tae. ” Hidupku tak akan berubah hanya karena aku minum dan berhenti disini…” ujar Gongshim. Sepertinya keduanya sedang tak enak hati. Dan Tae sedih karena ayahnya tak datang di hari peringatan kematian ibunya serta Gongshim merasa bahwa ia baru saja dikhianati oleh Seok JoonSoo. DanTae bertanya kapan Gongshim akan pindah ke loteng lagi. Gongshim menjawab bahwa dia tak akan pindah. Dia akan menyewakannya kembali karena dia masih memerlukan uangnya. ” Tadi pagi… kau menggunakan bulu mata palsu. Untuk apa? ” tanya Dan Tae. ” Kakakku mewarisi wajah seperti ibuku. Dia memiliki mata yang besar. Sementara aku seperti ayahku. Mataku kecil…” kata Gongshim sambil menarik napas. Dan Tae kemudian tersenyum dan mencubit pipi Gongshim. ” Apa yang kau lakukan?” tanya Gongshim. ” Sangat lucu….” kata Dan Tae sambil tersenyum. Kemudian Gongshim menepiskan tangan Dan Tae dari pipinya dan Dan Tae tertidur di meja. Tanpa sengaja Gongshim menendang botol soju yang sudah diminum oleh Dan Tae. ” Apa? Kau sudah minum 7 botol? Kau pasti sudah gila…” kata Gongshim sambil terus membangunkan Ahn Dan Tae. Tapi sepertinya Dan Tae sudah mabuk berat.
Dengan payah, Gongshim menggendong Dan Tae untuk pulang ke rumah. Dia berhenti sejenak di jalan karena kelelahan. Sia mengeluh pada Dan Tae karena punggungnya sakit. ” Tapi ini masih belum seberapa….dibandingkan dengan apa yang sudah Direktur Seok lakukan kepadaku…” kata Gongshim sambil memegang dadanya. Seolah – olah memang terasa sangat sakit di sana. Harusnya Gongshim tahu dari awal bahwa Seok Joonsoo baik oadanya hanya karena merasa kasihan. Dia makin merasa bahwa dirinya sangat bodoh. Sementara Dan Tae masih tak sadar duduk di sebelahnya karena mabuk. Gongshim pun kembali menggendongnya ke rumah.
Sesampainya di rumah loteng, Gongshim menidurkan Dan Tae pada kasur. Memberinya bantal dan menyelimutinya. Tak lupa dia juga menaruh sebotol air mineral di atas kepala Dan Tae agar Dan Tae bisa meminumnya sewaktu dia terbangun esok pagi. Dia memerlukan air tsb untuk memulihkannya dari rasa mabuk. Di luar, Gongshim melihat kursi yang sempat diperbaiki oleh Joonsoo untuknya. Dia menatapnya dengan sedih. Kemudian Gongshim berlalu sambil memegangi pinggangnya yang sakit.
Joonsoo bersiap untuk berangkat ke kantor. Saat dia ingin mematikan tv, dia melihat ada GongMi dalam acara tvnya. ” Ah…dia seorang pengacara…” kata Joonsoo. Kemudian ibunya meminta Joonsoo agar segera keluar untuk berangkat ke kantor.
Nenek marah besar ketika dirinya disodori surat resmi pernyataan bahwa Seok JunPyo dinyatakan meninggal karena hilang. Nenek Joonsoo, ayah dan ibunya yang melaporkan ke pengadilan. ” Apakah ini perbuatan kalian? Apakah kalian yang melaporkan hal ini?” tanya nenek. Ayah Joonsoo tak menjawab. Ibu Joonsoo berkata bahwa mereka sebenatlrnya tak bermaksud untuk melaporkan hal tsb. Mereka hanya ingin nenek melupakan cucunya yang sudah 26 tahun hilang. Tidak masuk akal karena selama ini ayah Joonsoo yang menjadi Presdir tapi sama sekali tidak memiliki saham di Star Grup. Semua sahamnya masih atas nama Seok Junpyo. ” Jadi karena alasan itu kau melaporkannya? Kau dasar serakah…” kata nenek. Sementara Nenek kandung Joonsoo mengatakan bahwa setidaknya nenek harus bersikap baik kepada putranya. Dia membiarkan putranya untuk dimasukkan ke dalam silsilah keluarga. Bahkan bisa dibilang, putranya lah yang merawatnya di masa tua. Tapi nenek tak mendengarkannya. Dia mengatakan kepada semua yang ada di sana bahwa dia akan membatalkan surat pernyataan tsb.
Dan Tae memutuskan untuk kembali ke rumah loteng. Gongshim mencoba mengingatkan Dan Tae pada kejadian tadi malam dimana Dan Tae mencubit pipinya. Tapi Dan Tae tak ingat. Bahkan semalam Dan Tae meminta pada Gongshim untuk memperoleh kannya kembali ke rumah loteng dan meminta Gongshim memanggilkan truk untuk mengangkat barangnya. ” Terima kasih, Gongshim. Dan aku juga minta maaf atas kejadian semalam. ” kata Dan Tae. Sebelum pergi, Gongshim memperingatkan Dan Tae agar minum sesuai dengan kemampuannya.
Dan Tae mulai beberes si rumah lotengnya. Dia menemukan kembali plester yang masih ia tempel di kaca. Dia tersenyum menatapnya. Dan Tae juga meletakkan foto sia ayah dan ibunya di bawah cermin. Tersenyum, menatap foto kenangan tsb. Dan tak lama, ponselnya berdering. Nenek memintanya untuk datang ke kantor. Nenek memegang kalung Junpyo. Dia masih berharap bahwa cucu kandungnya masih hidup.
Dan Tae disodori surat tsb. Wajah nenek terlihat cemas. Dan Tae mengatakan bahwa surat itu tak bisa dibatalkan. Tapi ada cara lain untuk membatalkan surat tsb. Dengan membuktikan bahwa ybs masih hidup. Lalu nenek meminta Dan Tae untuk mengantarnya ke suatu tempat.
Ada seseorang yang mengawasi kepergian mereka dari lantai atas.
Nenek menunggu orang yang berjanji padanya untuk datang menemuinya di taman. Nenek membawa kalung Junpyo. Namun pria tsb tak kunjung datang. Dan Tae mengamati nenek dari jauh. Pria yang berjanji itu adalah ayah Dan Tae yang sekarang terkapar di rumah sakit tak sadarkan diri. ” Apa yang akan Dan Tae pikirkan tentang orang tuanya? Biarkanlah semua seperti apa adanya…” kata bibi Jiwoon sambil menatap suaminya ya g terbaring di depannya.
Karena tak kunjung datang, nenek memutuskan untuk pulang. Sebelum masuk mobil, dia meminta Dan Tae untuk menemukan cucunya. ” Tolong temukan Junpyo ku…bagaimanapun caranya…” kata nenek sambil menangis. Dan Tae terdiam.
Malam itu GongMi tak datang ke kelas. Ternyata dia menunggu Joonsoo di luar. Joonsoo menghampirinya. GongMi mengatakan bahwa dia sebenarnya menunggu Joonsoo. Dia juga jujur mengatakan bahwa cookie yang kemarin dia berikan itu sebenarnya untuk Joonsoo namun dia terlalu malu untuk memberikannya. Joonsoo tak menyangka bahwa GongMi seblak – blakan itu. Joonsoo bingung. GongMi tiba – tiba mengatakan bahwa dia ingin mengenal Joonsoo lebih jauh. “Maukah kau berkencan denganku?” tanya GongMi. ” Hmmm…hmm…aku tak tahu harus bersikap seperti apa…” jawab Joonsoo. GongMi mengatakan bahwa Joonsoo tak perlu takut. Dia bisa menolaknya kalau dia tak mau.
Dan Tae dan Gongshim bertemu di loby Star Group. Gongshim masih membungkuk jalannya karena punggungnya masih terasa sakit. Dan Tae pun mengatainya seperti nenek – nenek dan juga aroma Gongshim seperti bau koyo. ” Aku seperti ini juga karena kau. Aku menggendongku sepanjang malam karena kau mabuk..” kata Gongshim kesal. Dan Tae menepuk – nepuk punggung Gongshim dan meminta maaf. Dia pun berniat untuk mentraktir Gongshim sebagai permintaan maaf dan rasa terimakasihnya. Awalnya Gongshim menolak. Namun akhirmya dia menerimanya.
Gongshim menghentikan langkahnya saat mereka di depan sebuah restoran mewah. Menurut Gongshim restoran itu terlalu mahal. Tapi Dan Tae meminta Gongshim untuk mengabaikan itu dan terus saja masuk. ” Tak apa jika nantinya aku akan makan ramen selama 2 bulan..”. ” Apa ini? Kau malah membuatku merasa tidak nyaman…sebenarnya kau ingin makan atau tidak?” gerutu Gongshim. Akhirnya Gongshim menuruti Dan Tae yang terus memaksanya masuk ke dalam restoran.
Di saat yang sama mobil Joonsoo masuk pelataran. Dia meminta Gongmi untuk masuk dulu sementara dia mencari tempat parkir. Di saat GongMi turun, dia melihat Dan Tae dan Gongshim yang masuk ke restoran tsb bersamaan. Apa yang akan dilakukan oleh GongMi?