” Mengapa kau seperti ini? Bagaimana bisa kau bisa pergi begitu saja tanpa berkata apapun??? ” omel Hyejin. Shinhyuk tak membantah. Dia hanya terus memandang Hyejin. ” Dan mengapa hanya aku yang tak kau ucapkan kata perpisahan. ” celoteh Hyejin lagi. ” Oleh karena itu aku menemuimu. Aku mengucapkan kata perpisahan dengan cara ini. ” kata Shinhyuk. Hyejin kemudian kembali mengomel. Mengatakan bahwa tim editor sangat khawatir kepadanya. Hyejin juga mengkhawatirkan Shinhyuk. Dia bertanya dimana Shinhyuk tinggal, apa dia makan dengan baik atau tidak.
Secara tiba – tiba Shinhyuk langsung memeluknya. Hyejin yang kaget akan pelukan tiba – tiba itu tak dapat berbuat apa – apa. Shinhyuk terus memeluknya. Memejamkan sejenak matanya dan merasakan tubuh Hyejin di dekapannya. Shinhyuk membisikkan sesuatu di telinga Hyejin. Entah apa yang dijatakan oleh Shinhyuk, yang jelas hal itu membuat Hyejin tertawa. Shinhyuk melepaskan pelukannya. Tersenyum, kemudian melangkah mundur menjauhi Hyejin. Hyejin terdiam di tempatnya berdiri. Menatap Shinhyuk yang terus berjalan menjauh.
Hyejin teringat saat – saat dimana Shinhyuk dulu sering menganggunya. Menjahilinya, menertawakan semua kekonyolan yang dilakukan oleh Hyejin. Dia teringat semua akan hal itu. Shinhyuk membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah. Benar – benar pergi meninggalkan Hyejin. Hyejin masih tak bergeming dari tempatnya. Terdiam menatap punggung Kim Shinhyuk yang mulai perlahan terlihat jauh. Hyejin menarik napas dan tersenyum. Dia harus melepas Shinhyuk dengan bahagia. Karena Shinhyuk adalah orang yang benar – benar baik.
Ha Ri sedang pusing memikirkan barang apa lagi yang bisa dia jual untuk memenuhi kebutuhannya. Ha Ri berniat untuk sekolah lagi. Kali ini dia ingin memulai semuanya sendiri. Meskipun tetap bekerja di hotel, Ha Ri ingin memulai semuanya dari awal. Jadi dia berniat untuk sekolah jurusan perhotelan agar dia benar – benar fasih menjadi hotelier. Ha Ri juga mengatakan bahwa dia merasa senang karena sekarang dia bisa menghabiskan akhir pekan bersama Hyejin. Jika Hyejin masih berada di tim redaksi, sudah pasti Hyejin tak memiliki waktu untuknya. ” Ya…aku menyukainya…” kata Hyejin. Namun sepertinya hatinya berkata lain. Hyejin seperti kehilangan sesuatu dalam pekerjaannya.
Hyejin mendapat telepon dari penulis cerita anak – anak Lee Yi Eun. Penulis tsb sempat menjadi narasumber Hyejin di saat dia mencoba untuk menulis artikel pada saat itu. Lee Yi Eun mengucapkan terima kasih kepada penulis Kim Hyejin karena dirinya sudah menulis artikel yang baik. Hyejin menjelaskan bahwa dirinya saat ini sudah tidak menjadi penulis lagi karena sudah berpindah bagian ke management service. Lee Yi Eun kemudian mengajak Kim Hye Jin untuk mengunjungi kantornya.
Sungjoon mengatakan oada Hyejin bahwa seharusnya dia bisa mengantar Hyejin ke tempat penulis tsb. Hyejin menolaknya karena dia sudah berada di kantor penulis tsb. Sungjoon mengajak Hyejin untuk makan malam bersama dan Hyejin pun menyetujuinya.
Hyejin masuk dengan perlahan ke dalam kantor tsb. Ada 4 orang wanita yang sedang berdiskusi tentang sebuah cerita anak – anak. Hyejin tak menyapa mereka dengan maksud agar mereka tidak merasa terganggu dengan kedatangannya. ” Kau datang…Hyejin -ssi….” kata Lee Yi Eun. Lee Yi Eun pun mengenalkan Hyejin kepada empat sahabatnya yang ikut bekerja bersamanya di kantor tsb. Mereka pun saling menyapa dengan ramah.
Hyejin mengatakan bahwa tempat bekerja Lee Yi Eun sangat indah. Lee Yi Eun tersenyum. Dia bercerita kepada Hyejin bagaimana ke 4 sahabatnya itu akhirnya bisa bekerja bersamanya. Mereka jatuh cinta kepada tempat itu dan tak dapat pindah. Hyejin yang mendengar kisah itu pun merasa iri. ” Daripada kau merasa iri, mengapa kau tak mencobanya sendiri? Aku mendengar bahwa kau memiliki cita – cita menjadi penulis buku cerita anak – anak…tapi aku sedih mendengar kau tak bisa menulis….” kata Lee Yi Eun kepada Hyejin. Hyejin mengatakan bahwa dia sudah kembali kepada pekerjaannya. Jadi itu tak masalah sekarang.
” Sepertinya tempat yang kau inginkan bukan tempat yang seperti itu….” kata Lee Yi Eun lagi. Hyejin terdiam mendengar kata – kata si penulis. Lee Yi Eun mengajak Hyejin bergabung bersama dirinya dan temannya yang lain untuk menjadi penulis. Hyejin sempat terkejut di saat dirinya ditawari untuk menjadi seorang penulis disana. Lee Yi Eun menyukai tulisan yang ditulis Hyejin di majalah. ” Aku akan pergi ke Amerika…..dan aku akan segera menikah….” kata Hyejin dengan maksud untuk menolak ajakan tsb. Dengan senang hati Lee Yi Eun memberikan ucapan selamat kepada Hyejin.
Dengam semangat yang berapi – api, Hyejin menceritakan pengalamannya tadi. Dengan seksama dan tanpa berkata sedikitpun, Sungjoon mendengarkan Hyejin. Hyejin tetlihat sangat antusias sekali dengan ceritanya. ” Sebentar….lebih baik kau minum dulu…kau terlihat terlalu bersemangat…” potong Sungjookukan di sela – sela cerita Hyejin.
” Apa kau ingin melakukan itu ?? ” tanya Sungjoon. ” Mimpimu dulu adalah ingin menjadi penulis buku ceita anak – anak. Apa sekarang kau ingin melakukannya? ” tanya Sungjoon lagi. ” Hey….tidak…lagi lila aku akan pergi denganmu nanti….” jawab Hyejin. Namun sepertinya ada sesuatu yang menjanggal di hati Sungjoon. Melihat Hyejin yang begitu antusias bercerita tentang proses pembuatan buku cerita . Agenda mereka bertemu malam itu adalah, Sungjoon berniat untuk menentukan kelas yang akan Hyejin ambil untuk kelas bahasa inggris. Hyejin mulai belajar bahasa inggris. Dan Sungjoon memberikan setumpuk buku yang harus Hyejin pelajari. Terlihat sepertinya Sungjoon sedang memikirkan sesuatu.
Di hari Minggu pagi, Ha Ri sudah terbangun dan belajar untuk interview masuk ke sekolah management hotel. Ha Ri meminta Hyejin untuk mengetesnya dengan menanyakan beberapa pertanyaan. Ha Ri dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik. Hyejin pun memuji Ha Ri. ” Aku baru menyadari bahwa belajar ternyata menyenangkan. ” kata Ha Ri. ” Kau terlihat sangat cantik hari ini….bukan wajahmu…tapi ekspressimu. Kau terlihat sangat antusias…” kata Hyejin.
Hyejin memandangi wajahnya di cermin. Dia bahkan tak terlihat cantik. Itu yang dia katakan pada dirinya sendiri. Hyejin teringat kata – kata Sungjoon yang mengatakan bahwa Hyejin begitu bersemangat di saat dia menceritakan tentang kantor Lee Yi Eun. Apakah dia juga ingin menulis buku cerita anak – anak seperti Lee Yi Eun ?.Hyejin meraih buku pemberian dari Lee Yi Eun. ” Aku berharap kau terus bisa bermimpi…. Hye Jin..”. Tulisan itu masih terbaca di bagian depan buku. Hyejin juga mengingat kata Lee Yi Eub bahwa tempat Hyejin bekerja sekarang bukanlah tempat yang dia inginkan. Sungjoon mengiriminya pesan text untuk mengajaknya makan malam di rumah Sungjoon.
Sungjoon membuka kotak warna merah hati. Di dalamnya ada sepasang cincin. Dia berniat untuk melamar Hyejin malam itu.
” Sungjoon….mari kita menikah….” kata Hyejin sewaktu Sungjoon membukakan pintu untuknya. ” Haaah???? ” Sungjoon shock dengan pengakuan Hyejin yang tiba – tiba. Hyejin mengatakan bahwa dia, bagaimanapun juga akan tetap menikah dengan Sungjoon. Bahkan Hyejin juga sudah menyiapkan 2 buah cincin. Untuknya dan untuk Sungjoon. Kemudian Hyejin mengatakan bahwa dia tak seharusnya langsung menikah..” Kau ingin aku memberimu waktu selama 1 tahun kan? ” tanya Sungjoon. Kali ini Hyejin yang terkejut karena Sungjoon mengetahui isi hatinya yang sebenarnya.
Sungjoon pun juga mengetahui alasan Hyejin menunda pernikahan mereka dan tidak jadi ikut pergi ke Amerika bersamanya. Itu semua karena Hyejin ingin menerima tawaran menjadi penulis. Hyejin bengong dibuatnya. Mengapa Sungjoon bisa tahu?. Sungjoon mengatakan Hyejin mungkin akan menyesal nantinya jika dia tak mencoba hal yang menjadi impiannya dari kecil. Sungjoon dapat melihat dari mata Hyejin jika Hyejin ingin sekali melakukan hal tsb. Sungjoon berterima kasih kepada Hyejin karena sudah berterua terang kepadanya. Jika tidak, mungkin dirinya juga akan menyesal nantinya. Kalau dia mengetahui Hyejin menyerah pada mimpinya dan ikut Sungjoon ke Amerika. ” Kau mengatakan hal ini kepadaku…karena kau percaya kepadaku. Benar kan?” tanya Sungjoon. Hyejin mengangguk. ” Aku juga ingin terlihat cantik untuk diriku sendiri…” kata Hyejin. Sungjoon memandang Hyejin, tak mengerti. ” Disaat orang melakukan hal yang ingin dia lakukan….dia pasti akan terlihat cantik. Aku juga…aku juga ingin terlihat cantik…bukan untuk orang lain. Melainkan untuk diriku sendiri…”. Sungjoon setuju dengan Hyejin dan dia mengatakan bahwa Hyejin sudah berpikir dengan sangat baik. Sungjoon mengatakan bahwa sebenarnya dia ingin melamar Hyejin. Namun Hyejin malah melamarnya duluan dan Sungjoon merasa bahwa ini salah. Hyejin terlihat bersemangat untuk mengetahui bagaimana cara Sungjoon akan melamarnya. Namun Sungjoon tak mau mengatakannya dengan alasan sudah terlambat. Sungjoon mengajak Hyejin untuk bermain puzzle bersama.
Saat asik bermain puzzle, Hyejin masih penasaran dengan cara apa Sungjoon akan melamarnya. Dia pun terus mendesak Sungjoon untuk memberitahunya. Tapi Sungjoon malah meminta Hyejin untuk diam dan mengambil potongan puzzle yang tececer si belakang Hyejin. Dengan wajah kecewa Hyejin mengambil potongan puzzle yang dimaksud. Tanpa sepengetahuan Hyejin, Sungjoon menaruh cincin di atas gambar puzzle. Begitu melihat puzzle itu Hyejin langsung terdiam. Keduanya berpandangan dan tersenyum. ” Aku berencana melamarmu dengan cara ini…” kata Sungjoon. Mata Hyejin berkaca – kaca.
Sungjoon memakaikan cincin di jari Hyejin. Mengatakan bahwa sebelum dia bertemu dengan Hyejin, dia tak pernah membayangkan bisa hidup sebahagia ini. Dia ingin membuat Hyejin bahagia seperti apa yang telah Hyejin perbuat untuknya. ” Hyejin…..maukah kau…tidak…dalam satu tahun ini…maukah kau menikah denganku ? ” tanya Sungjoon. Hyejin mengangguk. Air mata menetes dipipinya. Kini giliran Hyejin yang memakaikan cincin di jari Sungjoon. ” Kita memiliki 2 cincin sekarang….” kata Hyejin.
Hyejin berpamitan untuk pulang. Sungjoon sepertinya berat melepas kekasihnya itu. ” Apa kau benar – benar harus pergi? ” tanya Sungjoon. Hyejin mengatakan bahwa saat ini sudah terlalu malam. Diapun belum mencuci pakaian kotornya. Namun Hyejin bertingkah sangat aneh. Sungjoon pun membiarkan Hyejin pulang ke rumah dan mengantarnya. Sementara itu Hyejin menebak – nebak ada maksud apa di balik pertanyaan Sungjoon tadi.
Sesampainya di luar, Sungjoon lupa dengan kunci mobilnya. Lalu Hyejin memutuskan untuk naik taksi saja. Sungjoon pun tak bisa melarangnya. Sungjoon kembali masuk ke dalam apartemennya.
Sungjoon menatap cincinnya dengan muka bahagia. Sepertinya dia sedang sangat bahagia saat ini. Hyejin menerima lamarannya.
Tiba – tiba bel pintu rumahnya berbunyi. Sungjoon terkejut ketika melihat Hyejin yang berdiri di depan pintunya. Dengan terbata – bata Hyejin mengatakan bahwa tak perlu untuk mencuci bajunya karena……. Belum selesai Hyejin berbicara, Sungjoon sudah menari tangannya masuk ke dalam rumah. Sungjoon mendekatkan dirinya dengan Hyejin. Perlahan bibirnya bergerak mendekati bibir Hyejin.
Ha Ri membantu Hyejin untuk mengepak barang – barang yang akan di bawanya ke Haeil. Ha Ri bertanya apakah tidak bisa Hyejin tinggal di rumah saja. Tanpa harus pindah ke sana. Hyejon mengatakan bahwa ini adalah project kolaborasi. Jadi penulisnya harus tinggal dan bekerja di satu tempat yang sama. Sampai buku itu selesai ditulis, Hyejin juga harus tinggal disana. Ha Ri mengatakan bahwa ini pertama kalinya mereka berpisah. Hywjin mengangguk. Ha Ri menangis. Hyejin bertanya mengapa Ha Ri menangis. ” Ini bahkan lebih dekat daripada aku harus pergi ke Amerika…mengapa kau menangis? ” tanya Hyejin. ” Setiap hari aku bertemu dan menatap wajahmu setiap hari. Sekarang aku harus berpisah denganmu dan akan jarang melihat wajahmu. Bagaimana bisa aku tak menangiis?? ” tanya Ha Ri. Tangis keduanya makin keras. Keduanya berpelukan malam itu sambil menangis.
Hyejin besok akan pergi ke Haeil. Dia tak ingin menyia – nyiakan waktu dengan sahabat tercintanya. Ha Ri dan Hyejin minum dan bercanda sepanjang malam.
Sungjoon mengantar Hyejin ke tempat dia akan menulis bersama Lee Yi Eun di Haeil. Sungjoon menyukai tempat itu. Dia berkata seharusnya dia tak perlu pergi ke New York dan hanya tinggal disana. Hyejin bertanya jam berapa besok pesawatnya akan berangkat. ” Hyejin….apakah Seharuasnya kita tak perlu melakukan hal seperti menangis dan berpisah di airport kan? ” tanya Sungjoon. Hyejin tak mengerti. Dia tetap ingin mengantar Sungjoon. Sungjoon menolaknya. Dia takut dia tak dapat berpisah dengan Hyejin nantinya. Mungkin dia akan berkata semuanya akan baik – baik saja. Tapi bisa saja di saat dirinya di bandara nanti dan bertemu dengan Hyejin, dia tak akan sanggup dan akhirnya memohon Hyejin untuk ikut pergi dengannya.
” Jadi kita akan berpisah disini? ” tanya Hyejin. Sungjoon memeluknya. Sungjoon mengatakan bahwa dia akan menelpon Hyejin 10x sehari. Mengiriminya email serta surat. Hyejin menyetujuinya. ” Kau tidak akan mengetahui jika aku tiba – tiba muncul disini…” kata Sungjoon.
Perlahan, Sungjoon melepaskan genggaman tangannya dan berjalan mundur meninggalkan Hyejin. Mereka saling melambaikan tangan. Sungjoon berbalik dan mulai melangkah meninggalkan Hyejin. Hyejin menatap kepergian Sungjoon sebentar dan berbalik, mulai melangkah menuju kantor barunya.
Namun tiba – tiba Sungjoon kembali dan menarik tangannya…” Aku…aku mencintaimu….Hyejin….” kata Sungjoon. ” Aku juga….aku juga mencintaimu….” jawab Hyejin. Sungjoon pun mencium kening Hyejin.
Seorang wanita dengan rambut keriting dan berpipi merah sedang mengayuh sepedanya. ” Hyejin…kau mau kemana? ” sapa orang yang sedang melintas. ” Seseorang datang….aku akan segera kembaliii….” kata wanita itu dari atas sepedanya. Dia pun mengayuh sepedanya dengan semangat dan menyapa orang sekitarnya.
……………………………………………………………………….